TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Cabai Mahal, Petani Pagaralam Sumringah Sekaligus Gelisah

Pupuk mahal dan kemarau basah pengaruhi hasil panen

ilustrasi komoditas cabai di pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Pagaralam, IDN Times - Naiknya harga cabai di sejumlah daerah di Sumatra Selatan (Sumsel) membuat gelisah pengusaha rumah makan. Bahkan kabar terbaru, harga cabai burung di Pasar Randik Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), sudah tembus Rp100 ribu.

Arman pengepul cabai asal Curup, Bengkulu yang biasa menyuplai cabai ke beberapa pedagang Pasar Randik, mengaku kenaikan harga cabai dipengaruhi oleh cuaca musim penghujan dan harga pupuk yang melambung tinggi.

"Harga pupuk sekarang mahal, jadi banyak petani tidak berani tanam banyak karena mereka takut duit habis untuk modal saat panen di musim penghujan," ujarnya, Senin (13/6/2022).

Baca Juga: Subsidi Minyak Curah Dicabut, Stok Lancar Tapi Harga Langsung Naik 

1. Warga mengurangi jatah pembelian

Ilustrasi cabai merah dan cabai hijau (IDN Times/Saifullah)

Sementara jika tidak dipupuk, hasil panen tidak sesuai dengan yang diharapkan. Belum lagi petani dihadapkan dengan faktor cuaca yang tak menentu.

"Kalau turun hujan terus kan bisa rusak, cabainya berjamur. Belum lagi serangan hama. Jadi wajar kalau barangnya sering kosong," ungkapnya.

Tak hanya dari Bengkulu, pemasok dari Pagaralam dan Jambi pun mulai berkurang. Sebab selama ini Muba cenderung mengambil dari beberapa daerah tersebut. Terkadang juga dari Pulau Jawa.

"Kalau dengar cerita pedagang, warga sudah mengurangi pembelian cabai. Biasanya sekilo, ini terkadang hanya 1 ons. Pengusaha rumah makan juga pusing karena tingginya harga cabai ini," jelasnya.

Baca Juga: Disdag Palembang Janji Harga Daging di Pasar Bakal Stabil Lagi   

2. Mahalnya cabai kabar baik bagi petani

Petani Cabai. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Raja, petani cabai di Desa Pelang Kenidai, Kota Pagaralam, menerima kabar tingginya harga cabai merupakan kabar baik bagi mereka.

"Memang seperti itulah setiap tahun. Panen sedikit harga mahal. Kalau melimpah pasti harganya turun drastis," ungkapnya.

3. Petani resah akibat hama dan cuaca yang labil

Ilustrasi petani cabai.(IDN Times/Daruwaskita)

Kendati demikian, para petani dilanda rasa waswas menanam cabai saat ini karena memasuki masa tanam cabai yang rentan diserang hama. Mulai dari pembibitan hingga memasuki masa panen nantinya.

"Tentunya kita senang harga cabai naik. Tapi lagi musim tanam sering terjadi serangan hama. Berbagai upaya terus kami lakukan, ditambah harga pupuk mahal," jelasnya.

Untuk mengatasi serangan hama ini, mereka biasanya memasang bambu pada tanaman dan menyemprot hama satu minggu sekali. 

"Musim hujan juga semakin memengaruhi tanaman cabai. Padahal sekarang sudah masuk musim kemarau, sehingga petani harus membuka bungkus tanaman sesering mungkin. Karena musim hujan tidak hanya hama yang ditakutkan, namun juga serangan jamur," sambung Raja.

Baca Juga: Ekspor CPO Dibuka Lagi, Petani Sumsel Optimis Harga TBS Membaik

Berita Terkini Lainnya