TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Periksa 8.000 Sampel COVID-19, Herman Deru Tak Kaget Sumsel 868 Kasus

Kasus OTG di Sumsel capai 80 persen

Pedagang Pasar Kebon Semai Sekip Palembang mengikuti swab test pasca meninggalnya satu rekan mereka suspect COVID-19. (IDN Times/ Deryardli Tiarhendi)

Palembang, IDN Times - Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Herman Deru, mengaku tidak kaget melihat perkembangan COVID-19 yang menempati urutan tertinggi di Pulai Sumatera hingga mencapai 868 kasus. Dirinya justru mengklaim kebijakannya tim fokus pada tracing kasus positif, berpengaruh pada penemuan kasus-kasus baru yang menambah jummlah pasien.

"Saya memang minta agresif dan aktif untuk tracing dan swab. Sekedar informasi, dari 11.000 sampel swab di BBLK Palembang, 8.000 sampel punya Sumsel. Sedangkan 3.000 sampel lainnya dari empat provinsi di Sumbagsel," ujar Herman Deru, Rabu (27/5).

1. Kasus OTG mendominasi sebaran COVID-19

Pedagang Pasar Kebon Semai Sekip Palembang mengikuti rapid test pasca meninggalnya satu rekan mereka suspect COVID-19. (IDN Times/ Deryardli Tiarhendi)

Dirinya menilai, perlakuan masif untuk tracing semata-mata agar kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah dapat sejalan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Dari data jumlah ODP, PDP, dan OTG hingga positif hari ini, menurut Deru tidak berarti virus menyebar di Sumsel.

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Sumsel mencatat, sejak tracing pertama dilakukan 2 bulan lalu, kasus ODP di Sumsel mencapai 5.830 orang, PDP 485 orang, OTG 2.488 orang, dan positif yang mencapai 868 orang.

"Saat kasus positif di angka 480 kasus, OTG kita mendominasi sekitar 395 orang. Artinya orang tidak bergejala saja bisa terkonfirmasi positif. Inilah kenapa kita tahu banyak orang positif," jelas dia.

Baca Juga: Jokowi Kerahkan TNI-Polri di Palembang, DPR: Jangan Seperti di India

2. Gugus tugas fokus penanganan pasien COVID-19 dengan penyakit penyerta

Gubernur Sumsel, Herman Deru (IDN Times/Rangga Erfizal)

Jumlah konfirmasi positif dari OTG melebihi kasus PDP dan ODP membuat Deru optimis, kasus COVID-19 di Sumsel dapat dilalui dengan fokus terhadap penyembuhan pasien dengan penyakit penyerta.

"Artinya kalau dia positif tidak sakit, kita bisa konsen mengobati pasien sakit pada kluster rawan yakni manul  dan memiliki penyakit basic seperti paru, jantung, diabetes melitus. Kalau semua terjangkit COVID-19 bergejala sudah tidak muat rumah sakit kita," tegas dia.

Menurut Deru pemerintah daerah juga menyiapkan tempat khusus bagi pasien OTG. Mereka yang positif namun enggan melakukan isolasi mandiri, bisa menempat tempat khusus di Wisma Atlet Jakabaring untuk menjalani perawatan hingga dinyatakan sembuh.

"Kita sediakan tempat karantina untuk OTG di Wisma Atlet. Kemarin, Senin (25/5) saja ada 61 orang yang kita tanggung," beber dia.

3. Sudah lima daerah masuk zona merah dan 15 lainnya sudah zona kuning

Jubir gugus tugas percepatan penanggulangan COVID-19 Sumsel, Yusri (IDN Times/Rangga Erfizal)

Jubir Gugus Tugas Percepatan dan Penanggulangan COVID-19 Sumsel, Yusri mengatakan, sejauh ini sudah ada lima daerah yang ditetapkan sebagai wilayah zona merah yakni Palembang, Prabumulih, Banyuasin, Lubuk Linggau, dan OKU.

Sedangkan zona kuning ada di 12 wilayah yakni OKI, Lahat, Musi Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas, Ogan Ilir, Pagaralam, OKU Timur, OKU Selatan, Empat Lawang, PALI, dan terakhir di Musi Rawas Utara (Muratara).

"Palembang menjadi wilayah tertinggi positif mencapai 498 kasus hingga 27 Mei. Sisanya merata di beberapa wilayah termasuk kasus terbaru di beberapa kabupaten," ungkap Yusri.

Dirinya juga melihat sebaran klaster masyarakat umum mendominasi mencapai 70 persen. Lalu klaster tenaga medis 20 persen serta 10 persen kluster impor dari Jawa Barat.

"Kemudian 80 persen pasien positif virus COVID-19 yang OTG itu mereka isolasi mandiri di rumah, sedangkan 20 persen lainnya itu mendapatkan perawatan di rumah sakit," ungkap dia.

Baca Juga: COVID-19 Tersebar Merata di Sumsel, Ini Daftar Daerahnya

Berita Terkini Lainnya