TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penurunan Kualitas Rawa di Sumsel Ancam Populasi Ikan Belida

Sejumlah alasan populasi Belida turun dan sulit dibudidaya

Ilustrasi ikan Belida (Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Palembang, IDN Times - Satu dari empat Belida Indonesia dinyatakan punah, yakni Belida Lopis (Chitala Lopis). Untuk menjaga agar populasi tersebut dapat terjaga, pemerintah mengeluarkan Kepmen nomor 1 tahun 2021 yang mengkategorikan ikan Belida ke dalam 19 daftar hewan dilindungi penuh.

Belida Sumatra (Chitala hypselonatus) merupakan hewan dengan habitat di hampir seluruh sungai Sumsel. Dahulu, ikan ini bisa mudah ditemukan di Sungai Musi, Ogan, Sungai Lematang, Pangkalan Lampam, hingga Sungai Belido.

Karena mudah didapatkan, Belida menjadi bahan baku utama pempek sebelum dekade 2000-an. Namun karena kerusakan habitat dan penangkapan berlebihan, populasi ikan Belida kini semakin terancam.

"Masalah di populasi Belida ini karena habitatnya yang rusak. Dia harus ada tempat untuk menaruh telur, biasanya di rawa. Namun sekarang kan banyak lingkungannya (Rawa) yang terdegradasi, jadi dia sulit untuk menaruh telurnya," ungkap seorang peneliti di Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan, Dr Dina Muthmainnah kepada IDN Times, Senin (6/9/2021).

Baca Juga: Pelarangan Ikan Belida Bisa Melenyapkan Kekhasan Kulinar Palembang

1. Faktor lain berkurangnya populasi Belida

Ilustrasi larangan konsumsi dan memperdagangkan Belida (INSTAGRAM.COM/KKPgoid)

Kerusakan rawa terjadi akibat banyak faktor, mulai dari pembangunan serta penimbunan yang mengakibatkan rawa di Sumsel berkurang drastis dari tahun ke tahun. Pihaknya sudah beberapa kali melakukan penelitian atau eksperimental fishing, mencari indukan Belida namun sangat jarang didapat.

Dina membenarkan Kepmen tersebut merupakan salah satu solusi awal untuk menyelamatkan populasi ikan. Belida Sumsel terancam dan sudah sangat sulit untuk ditemukan.

"Selain masalah rawa, populasi Belida terancam karena faktor biologi ikan itu sendiri. Faktor biologi ini di mana jumlah telur yang dihasilkan Belida juga sedikit," jelas dia.

2. Budidaya Belida bisa menjadi solusi

Instagram.com/apfajar

Upaya meningkatkan populasi Belida sudah coba dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan. Budidaya skala kecil atau laboratorium sudah berhasil dilakukan, namun tidak untuk budidaya skala besar.

Pihaknya juga terus melakukan pencarian induk Belida untuk proses pembibitan. Namun dari komposisi ikan yang didapat, Belida sangat jarang bahkan terkadang tidak mudah didapat.

"Solusi ke depan mungkin kegiatan budidaya memang harus dilakukan. Karena saat ini Belida sudah dilarang untuk masyarakat atauindustri kuliner, harus cari alternatif lain," jelas dia.

Baca Juga: Langka dan Sulit Dibudidaya, Pengusaha Pempek Lama Tak Pakai Belida

3. Budidaya Belida diakui tidak menguntungkan secara ekonomi

Instagram.com/@_jackphotos

Permasalahan terus menurunnya populasi Belida juga disebabkan belum berhasilnya upaya pembenihan. Belida merupakan ikan yang kerap bermigrasi dari sungai ke perairan rawa untuk mencari makan atau berkembang biak.

Karakteristik rawa yang dipengaruhi pasang surut air, memaksa Belida selalu berpindah-pindah. Ketika kemarau datang, biasanya Belida akan kembali ke sungai.

Selama ini, para pembudidaya Belida mengaku kesulitan melakukan budidaya lantaran ikan tersebut merupakan hewan buas (Karnivora). Pakan ikan tersebut bisa berupa ikan kecil, udang, hingga serangga, sehingga budidaya Belida dianggap kurang ekonomis.

"Ikan itu makanannya karnivora jadi lumayan mahal, dan secara ekonomi tidak menguntungkan. Kalaupun untung, sangat kecil. Makanya kita akan bantu kalau ada pembudidaya yang mau melakukan, misalnya dengan menyediakan bibit," jelas dia.

4. Jumlah populasi Belida Sumsel belum dipetakan

Instagram:bkbpapalembang

Pihaknya tidak bisa memprediksi kapan ikan ini akan punah di Sumsel. Menurut Dina, belum ada penelitian lebih lanjut soal populasi Belida di Sumsel. Jika berkaca dari Provinsi Riau, tempat hewan ini juga hidup, terjadi penurunan jumlahnya di perairan. Masalah di Riau dan Sumsel hampir sama.

"Ini catatan di Riau, kalau di Sumsel saya belum ada. Dari data tahun 2003 hingga 2007, ada penurunan populasi dari 50,2 ton menjadi 7,6 ton di Riau. Ini penurunan yang sangat drastis," jelas dia.

Baca Juga: Konsumsi Ikan Belida Dilarang, Sumsel Bakal Mengadu ke Pusat 

5. Populasi Belida diperkirakan tinggal 10 persen

Tugu belido di lapangan benteng kuto besak Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumsel, Widada Sutrisna, mengakui ada penurunan populasi Belida setiap tahun. Ikan Belida di Sumsel biasanya sangat mudah ditemukan di Sungai Besar Batanghari 9. 

"Dari hasil produksi perikanan tangkap perairan umum, jumlah Belida diperkiraan rata-rata paling tinggi sekitar 10 persen saja saat ini," beber Widada.

Ia juga menjelaskan, pembenihan ikan Belida belum pernah berhasil 100 persen dilakukan. Baik pemerintah pusat dan daerah, terus mengupayakan agar Belida tidak punah. Timnya bahkan saat awal pandemik lalu sudah menyusun rencana untuk meneliti, namun tertunda hingga sekarang.

"Pembenihan Belida baik oleh pusat dan daerah belum pernah berhasil. Saya coba belajar di UPT Pembenihan Pusat Mandi Angin, Kalimantan Selatan, juga belum ada yang berhasil. Baru bisa melakukan pembenihan sekitar 20-30 persen yang bertahan hidup," ujar dia.

Baca Juga: Pemerintah Larang Konsumsi Ikan Belida, Denda Paling Kecil Rp250 Juta

Berita Terkini Lainnya