TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pelaku Pengeroyokan Disiksa Oknum Polisi, Keluarga Lapor Propam

Para ibu terduga pelaku bantah anaknya ikut pengeroyokan

Keluarga terduga pelaku pengeroyokan melapor ke propam Polda Sumsel (IDN Times/istimewa)

Palembang, IDN Times - Dugaan salah tangkap pelaku pengeroyokan terjadi di wilayah hukum Sumatra Selatan (Sumsel). Tiga orang ibu rumah tangga mendatangi propam Polda Sumsel, melaporkan kasus yang menjerat kelima anaknya yang dijemput oleh aparat kepolisian.

Dugaan penyiksaan dari aparat kepolisian agar para terduga pelaku mengaku, sempat viral di media sosial Tiktok. Ningsih (44), salah satu ibu korban mengaku pilu melihat video anaknya dibawa oleh petugas kepolisian ke kawasan kuburan Cina Palembang untuk diperiksa di sana.

Kelima terduga pelaku pengeroyokan di antaranya adalah SS (20), RA (19), PM (20), RV (19) dan FN (18). Mereka dianggap terpaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukan karena ditekan aparat.

"Anak saya di rumah saat kasus pengeroyokan terjadi. Saya tahu mereka di dalam kamar, karena sempat saya cek pukul 02.00 WIB. Mereka begadang sampai pagi di rumah, sedangkan pengeroyokan terjadi subuh," ungkap Ningsih, Selasa (23/11/2021).

Baca Juga: Palembang Bakal Tetap Jalankan PPKM Level 3 Meski Kasus Menurun

1. Para terduga pelaku dipaksa mengaku

Ilustrasi pengeroyokan (IDN Times/Sukma Shakti)

Kasus pengeroyokan yang menyeret anaknya terjadi, Minggu (3/10/2021) lalu. Korban berinisial TS (33) diduga dikeroyok di Jalan Gotong Royong 3, Kelurahan Sukamaju, Kecamatakan Sako, Palembang.

Saat anak-anaknya dijemput, tim Satreskrim Polrestabes Palembang meminta izin untuk memeriksa sebagai saksi. Ningsih yang yakin jika anaknya tak bersalah pun mengizinkan.

"Kami selaku keluarga mengizinkan anak-anaknya ikut dibawa polisi, karena kami merasa tidak bersalah," beber dia.

Namun Ningsih mengaku kaget ketika seorang anggota keluarga melihat kelima pelaku tidak dibawa ke kantor polisi. Kelimanya mendapat ancaman dan kekerasan selepas penjemputan. Pihak keluarga sempat mengunggah video penyiksaan yang sempat beredar.

"Awalnya positif saja kalau memang benar bersalah, ya, kami terima risikonya, berarti anak kami menjalani hukuman dan wajar. Tapi ternyata setelah tahu anak kami dibawa ke kuburan Cina dan di-BAP di sana, kemudian dipaksa mengaku sudah melakukan pengeroyokan, kami tidak terima," jelas dia.

Baca Juga: Angkutan Batu Bara di Sungai Musi Dipungut Pajak Tahun Depan

2. Sempat lihat video anaknya dipaksa mengaku

Ilustrasi pengeroyokan (IDN Times/Sukma Shakti)

Dari rekaman video itu, Ningsih meyakini anaknya dipaksa mengaku dalam keadaan babak belur. Ia menganggap orang-orang dalam tekanan seperti itu dipaksa mengaku terlibat pengeroyokan.

"Dalam rekaman video itu, anak saya memang mengaku ikut pengeroyokan, tetapi pengakuan itu dia sampaikan setelah dipukuli, bahkan bisa lebih kejam lagi kalau tidak mau mengaku," jelas dia.

3. Keluarga menuntut keadilan

Ilustrasi (Shutterstock)

Santi ibu dari terduga pelaku RA (19) melaporkan polisi yang menangkap anak-anaknya karena menginginkan keadilan. Dirinya sedih melihat video yang beredar, jika anak-anak mereka babak belur disiksa oleh oknum polisi.

"Kami hanya ingin keadilan bagi anak-anak kami," ujar dia.

Baca Juga: Pemerkosan Bocah oleh 1 Keluarga di Padang Bak Letupan Gunung Es

Berita Terkini Lainnya