Masuknya Islam dan Asimilasi Kerajaan Maritim Sriwijaya
Orang Arab tak cuma berdagang tetapi syiar agama Islam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Islam masuk ke Sumatra Selatan (Sumsel) melalui proses yang panjang. Secara garis besar, peradaban Islam dibangun sejak masa Kerajaan Sriwijaya berdiri, di mana terjadi pertukaran budaya oleh pedagang-pedagang Islam dari tanah Arab.
Sejarawan Universitas Sriwijaya (Unsri), Dr Farida Ratu Wargadalem mengungkapkan, masuknya Islam ke wilayah pantai Timur Sumatra terjadi sekitar abad ke 7-8 masehi. Fakta ini muncul dari beberapa catatan pedagang Arab yang melakukan perdagangan hingga ke Timur Jauh.
"Beberapa sumber menyebutkan masuknya Islam ke Palembang ada kaitannya dengan Sriwijaya, di mana pada masa itu Sriwijaya merupakan satu kerajaan maritim yang menjadi pusat pasar komoditas dunia, sering disinggahi pedagang yang akan menjual dan membeli komoditas. Sumber lain menyebutkan sebagai tempat transit pedagang Arab menuju Kanton Cina," ungkap Farida kepada IDN Times, Rabu (14/4/2021).
Baca Juga: 7 Fakta Sultan Mahmud Badaruddin II, Pejuang Palembang yang Dilukis
1. Pengaruh pedagang Arab di wilayah Sriwijaya
Farida menjelaskan, pedagang Arab yang melintas di wilayah Sriwijaya kebanyakan mencatat bagaimana proses hubungan dagang. Kondisi pelayaran pada saat itu yang harus ditempuh berbulan-bulan, menjadikan wilayah Sriwijaya sebagai tempat singgah atau estafet pelayaran.
Catatan tertua sejauh ini berasal dari pedagang Arab bernama Ibnu Hordadzbeh. sekitar abad 9 atau tepatnya 844-848 masehi. Saat itu, dirinya singgah di Sriwijaya yang notabene wilayah kerajaan Buddha di Sumatra, telah terjadi persinggungan budaya. Ia mengamati bagaimana Sriwijaya merupakan wilayah yang terbuka bagi perdagangan.
"Ketika dia datang ke Sriwijaya, rajanya disebut Maharaja. Wilayahnya terdiri dari banyak pulau, gajah, dengan komoditas kapur barus. Kerajaannya (Sriwijaya) digambarkan sebagai wilayah kaya, mereka menerima 200 man emas per hari yang akan diolah menjadi emas batangan," ujar dia.
Catatan lain oleh Ibnu Al Fakih pada 902 Masehi, Ibnu Rosteh do 903 masehi sekitar abad ke-10 masehi, menandakan perkembangan perdagangan berjalan baik antara pedagang Arab dengan penguasa Sriwijaya. Rosteh bahkan mencatat Raja Sriwijaya merupakan raja terkaya dibanding raja di India.
Adanya hubungan erat antara pedagang Arab diyakini tidak hanya datang untuk keperluan dagang. Mereka sengaja untuk menyebarkan Islam ke negeri yang disinggahi.
"Orang-orang Arab berdagang, mereka singgah sekaligus menyebarkan agama Islam. Tidak sedikit yang menetap. Ada interaksi, di sinilah disinyalir masuknya Islam pelan-pelan terjadi," ujar dia.
Baca Juga: Tergerus Pembangunan, Situs Kerajaan Sriwijaya Berubah Jadi Perumahan
Baca Juga: Berkunjung ke Monpera Palembang, Bangunan Sejarah Bagi Pejuang Sumsel