TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Imam Masjid Agung Palembang Koleksi Kitab Melayu Kuno Berusia 3 Abad

Manuskrip berisi tentang ajaran Islam di Kota Palembang

Imam masjid Agung Palembang, Kemas H Andi Syarifuddin (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Kolektor naskah kuno atau manuskrip asal Kota Palembang, Sumatra Selatan, Kemas H Andi Syarifuddin, menyimpan sekitar 100 naskah melayu yang berusia tiga abad. Naskah-naskah kuno itu khususnya merupakan peninggalan Kesultanan Palembang.

Naskah kuno tersebut merupakan warisan turun-temurun tujuh generasi yang masih di jaga sampai saat ini. Tak jarang banyak orang yang tertarik membeli atau menjadikan naskah-naskah ini sebagai objek penelitian.

"Manuskrip atau tulisan tangan ini umurnya dua hingga tiga abad yang diturunkan oleh kakek buyut saya sebagai warisan khazanah budaya Palembang pada masa Kesultanan Palembang Darussalam," ungkap Andi, saat ditemui di kediamannya, Sabtu (8/9/2020).

Saat ini, Andi merupakan Imam Masjid Sultan Mahmud Baddarudin I Joyo Wikromo atau Masjid Agung Palembang.

Baca Juga: Penjualan Bendera Merah Putih di Palembang Merosot 90 Persen

1. Naskah kuno itu berisi ajaran agama, silsilah keluarga hingga pengobatan

kolektor naskah kuno atau manuskrip asal Kota Palembang, Sumatra Selatan, Kemas H Andi Syarifuddin (IDN Times/Rangga Erfizal)

Naskah kuno tersebut terdiri dari dua gaya penulisan pertama, Arab gundul dan kedua, Arab melayu. Menurut Andi, naskah yang dirinya koleksi banyak berbicara tentang masalah keagamaan seperti tafsir Alquran, hadis, fikih, tauhid, serta tasawuf.

Tidak hanya masalah agama, naskah kuno miliknya juga membahas persoalan sastra Palembang, pengobatan, hingga silsilah keluarga Kesultanan Palembang Darussalam.

Menurut Andi, di zaman Kesultanan Palembang, wilayah keraton merupakan pusat penyebaran agama Islam di Sumsel. Orang-orang dari wilayah pedalaman datang ke Palembang untuk belajar agama. "Ulama Palembang pun sebelumnya banyak yang belajar ilmu agama secara mendalam di Mekkah," jelas dia.

2. Kawasan 19 Ilir jadi pusat penyebaran Islam di Palembang

Andi saat ditemui di kediamannya (IDN Times/Rangga Erfizal)

 Lebih lanjut Andi menuturkan bahwa pada masa kesultanan Palembang Darussalam, banyak ulama besar asal Palembang seperti Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani, Kemas Fajrudin, Kemas Ahmad yang berperan penting dalam pemahaman Islam di Sumsel.

Menurutnya, kawasan 19 Ilir saat ini dahulunya merupakan tempat tinggal bagi ulama-ulama Palembang. Jaraknya yang berdekatan dengan Masjid Agung dan Kesultanan Palembang membuat kawasan ini dikenal dengan sebutan "Jalan Guru-guru" atau "tempatnya para guru".

"Kawasan 19 Ilir ini tempat alim ulama, mufti yang memutuskan permasalahan agama, khatib Masjid Agung, penghulu, pada jamannya. Manuskrip yang saya dapat itu langsung dari kakek saya Kiai Kemas Haji Umar, yang diwariskan ke Kemas Haji Ibrahim Umari, lalu ke saya," jelas dia. 

3. Dahulu, naskah diperbanyak lewat tulisan tangan

Andi menunjukkan sebagian koleksi manuskrip kunonya (IDN Times/Rangga Erfizal)

Andi bercerita, penulisan naskah kuno ini dilakukan oleh para ulama terdahulu untuk merangkum bacaan, hingga ke pemahaman keislaman agar mudah dipahami masyarakat. Karena keterbatasan percetakan para ulama akhirnya aktif menulis. Kitab-kitab tersebut pun pada zamannya diperbanyak dengan cara ditulis ulang.

"Tintanya dari mangsi dari tumbuhan dan kertasnya dari Eropa. Kitab-kitab yang ditulis tidak lain merupakan pegangan berisi tafsir dan Alquran, dan berbagai macam bacaan untuk membentuk akhlak mulia.

Menurut Andi, tidak sulit untuk menerjemahkan manuskrip yang ada, cukup dengan memahami pembacaan Alquran. Tidak jarang peneliti asal Indonesia, Malaysia, dan Jepang datang langsung ke rumahnya untuk melakukan penelitian.

"Naskah-naskah ini saya rawat secara tradisional. Sebagian saya simpan di rumah dan ada yang saya bawa ke Laboratorium Naskah Melayu UIN Raden Fatah Palembang. Kesulitan perawatan manuskrip ini ada pada gangguan rayap makanya, selalu saya cek dan kasih kapur barus," jelas dia.

Baca Juga: Dibatasi, Jemaah Masjid Agung Palembang Tetap Membeludak 

Berita Terkini Lainnya