TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gubernur Sumsel Beda Pendapat dengan Bawahan Soal Lift Jembatan Ampera

Herman Deru bahkan tak sabar ingin mencoba naik lift Ampera

Jembatan Ampera Palembang (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Palembang, IDN Times - Revitalisasi Jembatan Ampera menuai pro dan kontra di masyarakat. Ada yang menyebut pemasangan lift membuang-buang anggaran, tak berdampak untuk masyarakat, dan merusak ikon Bumi Sriwijaya.

Setelah Wali Kota (Wako) Palembang dan Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang bersebrangan terkait kebijakan tersebut, hal serupa terjadi dengan tingkat provinsi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel, Aufa Syahrizal, menyebut lift di Jembatan Ampera tak bermanfaat.

Namun beda halnya dengan Gubernur Sumsel, Herman Deru. Ia mengatakan mendukung proyek tersebut, bahkan ingin mencoba lift yang bisa membawa pengunjung ke atas menara Jembatan Ampera.

"Saya justru akan mencoba lift di Jembatan Ampera," ungkap Deru, Kamis (17/11/2022).

Baca Juga: Sempat Ditentang, Lift untuk Jembatan Ampera Tiba 18 Desember 2022

Baca Juga: Disbudpar Sumsel Tolak Lift Jembatan Ampera; Jangan Seperti Cinde

1. Yakin revitalisasi Jembatan Ampera bagus untuk wisatawan

Jembatan Ampera Palembang (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Sejak awal rencana pemasangan lift sudah disosialisasikan Agustus 2022 silam. Deru menjadi orang yang menganggap positif rencana pemasangan lift. Menurutnya. hal tersebut menjadi daya tarik baru bagi ikon Palembang.

"Selama rencana kontruksinya masih memadai, ya, silahkan saja untuk menjaga kesinambungan wisatawan," jelas Deru.

2. Tak ada diskusi dalam memutuskan revitalisasi

Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Aufa Syahrizal (IDN Times/Rangga Erfizal)

Banyaknya pihak yang berseberangan dalam menanggapi rencana pemasangan lift, menilai bahwa proyek itu akan berdampak buruk bagi kontruksi Jembatan Ampera. Sebagai bangunan Cagar Budaya, Jembatan Ampera dinilai rentan rusak dan mengalami perubahan struktur bangunan.

Ketakutan terhadap revitalisasi Jembatan Ampera bukan tanpa alasan. Aufa Syahrizal menilai, kebijakan revitalisasi memiliki catatan sejarah yang buruk. Padahal bangunan Cagar Budaya sudah dihancurkan.

"Intinya perlu kajian lebih dulu. Ugensinya apa? Lagi pula bila dipasang lift artinya akan menambah beban bagi tiang Jembatan Ampera, sedangkan usia jembatan sudah puluhan tahun," jelas Aufa.

Menurutnya, Jembatan Ampera merupakan bagian Cagar Budaya sehingga perlu penanganan yang berbeda. Ia menyebut tak ada diskusi terlebih dahulu sebelum memutuskan pemasangan lift.

"Ampera adalah salah satu Cagar Budaya. Saya rasa apabila akan dipasang lift atau mengubah konstruksi Jembatan Ampera, seyogyanya minta masukan dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB)," jelas dia.

3. Struktur asli Jembatan Ampera dinilai akan berubah

Jembatan Ampera (Instagram.com/attarghifari)

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) menilai revitalisasi Jembatan Ampera tidak sekadang melihat kajian akademis. Rencana itu dianggap berbahaya, mengingat usia jembatan sudah mencapai 57 tahun. Menurut TACB proyek revitalisasi terkesan dipaksakan.

"Alasan utama kita menolak penambahan lift di Jembatan Ampera karena pengerjaan proyek akan merusak keaslian struktur bangunan," ungkap anggota TACB Sumsel sekaligus Dosen Teknik Arsitektur Unsri, Ari Siswanto.

Ari menilai, penambahan lift bukan hal yang mendesak, masih banyak cara untuk menjaga Jembatan Ampera selain memasang lift yang justru menimbulkan kerusakan arsitektur.

"Tak hanya kerusakan arsitektur, juga akan merusak citra landmark kota. Dampaknya akan menyebabkan gangguan lalu lintas dan kebutuhan parkir tidak terpenuhi," jelas dia.

Baca Juga: Jembatan Ampera Palembang Dipasang Lift, Wisatawan Bisa Naik ke Menara

Berita Terkini Lainnya