Distribusi dan Infrastruktur Pengaruhi Harga Minyak Curah di Sumsel
Pabrik Minyak Merah di daerah harus dimanfaatkan oleh Sumsel
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Memasuki pekan ketiga setelah pencabutan subsidi minyak goreng curah, ternyata tak membuat harganya menjadi Rp14.000 hingga Rp15.500 per liter sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Pedagang pasar di Sumatra Selatan (Sumsel) tetap menjual minyak goreng di harga Rp18.000 per liter. Dinas Perkebunan Sumsel menilai, kondisi infrastruktur dan jauhnya distribusi menjadi permasalahan utama.
"Kondisi ini dipengaruhi infrastruktur jalan dan distribusi yang jauh. Beberapa agen di daerah menanti pengiriman dari Palembang. Suplai kerap bermasalah karena untuk mencapai satu lokasi (agen), memerlukan waktu tempuh yang jauh terutama dari kota Palembang," ungkap Analisis PSP Madya Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian kepada awak media, Minggu (19/6/2022).
Baca Juga: Subsidi Minyak Curah Dicabut, Stok Lancar Tapi Harga Langsung Naik
1. Presiden instruksikan pembangunan pabrik minyak makan merah
Rudi menjelaskan, distributor minyak curah hanya ada di Kota Palembang. Untuk mencapai beberapa wilayah di Sumsel seperti Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Lubuk Linggau, hingga OKU Selatan, memerlukan jarak tempuh yang jauh hingga 300 kilometer.
"Untuk memperbaiki suplai diperlukan pabrik Red Palm Oil atau minyak makan merah. Terlebih sudah ada Instruksi dari Presiden untuk mendukung hal tersebut," ujar dia.
Baca Juga: HET Minyak Goreng Ketetapan Pemerintah Picu Kelangkaan
Baca Juga: Minyak Goreng Langka, Gubernur Herman Deru Sentil Produsen Sawit