TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Semangat Hari Sumpah Pemuda, Disbudpar Sumsel: Jadikan Kopi Mendunia!

Anak muda harus membuat komoditas lokal go international

Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Aufa Syahrizal (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Menyambut semangat juang hari sumpah pemuda yang diperingati tanggal 28 Oktober sejak tahun 1928, Dinas Kebudayaan dan Pariwsata Sumatra Selatan (Disbudpar Sumsel) berharap agar anak muda bisa membuat kopi bisa go international. Sebab kopi merupakan salah satu warisan daerah yang mesti ditinggikan derajatnya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disbudpar Sumsel Aufa Syahrizal mengungkap, dalam ikrar Sumpah Pemuda 1928 disebutkan bahwa pemuda pemudi pada masa itu bertanah air satu. Berbeda era perjuangan, pemuda saat ini juga harus membuktikan semangat sumpah pemuda dengan cara lain.

"Misal menjadikan kopi mendunia membawa komuditas lokal terkenal ke luar negeri," ujar Aufa pada Rabu (28/10/2020).

Baca Juga: Pengrajin di Palembang Ini Manfaatkan Botol Mineral Jadi Sofa

1. Branding kopi dengan hak paten

Ilustrasi bubuk kopi (IDN Times/Umi Kalsum)

Apalagi saat ini, minat anak muda terhadap konsumsi kopi sangat tinggi. Ia berharap, sebagai pecinta kopi, sebaiknya masyarakat tidak hanya mengonsumsi atau jadi konsumen saja.

Orang Indonesia, imbuhnya, harus mampu memproduksi dan menjual komoditas tersebut hingga memiliki brand terkenal.

"Karena mem-branding kopi lokal, langkah awalnya adalah memiliki satu nama. Bukan karena setiap wilayah di Sumsel bisa menghasilkan kopi, lantas setiap daerah harus saling bersaing. Tetapkan merk jual dan hak paten dari daerah manapun di Sumsel, baru bisa diangkat secara global," katanya.

2. Mayoritas kopi Sumsel tenar, tapi tidak dengan nama sendiri

Kopi Robusta Pupuan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Selain masih belum memiliki brand dan citra khusus, menurut Aufa, mayoritas kopi Sumsel masih sering salah dikenal masyarakat luar. Penyebabnya, karena proses transaksi dan distribusi komoditas kopi bukan langsung dilakukan di Sumsel, tetapi di wilayah lain seperti Lampung.

"Kopi kita memang sudah ekspor ke luar. Permasalahannya adalah kopi milik Sumsel, tetapi yang tenar dari provinsi sebelah. Orang tahunya kopi kita berasal dari Lampung. Padahal salah, kopi dari Sumsel yang didistribusikan lewat Lampung, tapi yang punya nama bukan kita," jelas dia.

3. Meski 95 persen penghasil kopi, branding di Sumsel masih saling bersaing

Pohon Kopi Liberica di Desa Air Gading Banyuasin Sumsel (IDN Times/Sumsel)

Karena bila dipahami, sebenarnya setiap jenis biji kopi tentu memiliki ciri khas masing-masing dari daerah tertentu di Sumsel. Tetapi pokok masalahnya, terletak pada citra biji kopi itu. Maksudnya, branding tergantung berasal dari mana biji kopi yang diproduksi.

"Sumsel penghasil 95 persen kopi Robusta, tapi karena banyak wilayah penghasil, jadi setiap daerah tanam seolah saling rebut hak paten untuk brand Sumsel dengan citra masing-masing," sambungnya.

Baca Juga: Inovatif Kala Pandemik, Jajakan Kopi Sumsel Sambil Keliling Naik Vespa

Berita Terkini Lainnya