Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sumsel Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, Hotspot Melonjak Drastis

ilustrasi cuaca ekstrem (freepik.com/wirestock)
Intinya sih...
  • Suhu panas di Sumsel memicu peningkatan hotspot dalam 2 hari terakhir, dengan angka tertinggi bulan ini.
  • Titik panas mencapai 94 dan 89 titik, terbanyak di Kabupaten OKI, disusul Musi Rawas dan Muara Enim.
  • Karhutla masih terjadi di wilayah OKI, terpantau ada 18 titik kebakaran hutan dan lahan pada beberapa hari lalu.

Ogan Komering Ilir, IDN Times - Suhu panas di Sumatra Selatan (Sumsel) dalam beberapa hari terakhir memicu peningkatan hotspot atau titik panas di sejumlah wilayah, dalam dua hari terakhir. Kenaikan itu seiring dengan cuaca panas ekstrem yang terjadi karena di atas 35 derajat Celcius.

Kabid Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Sudirman mengungkapkan, angka hotspot pada Sabtu dan Minggu (26 dan 27 Oktober) lalu, angka angka hotspot sebanyak 94 titik dan 89 titik.

"Hotspot itu terjadi di 13 daerah di Sumsel. Dimana, angka harian itu tertinggi dalam bulan ini," ujarnya, Selasa (29/10/2024).

Sebagai perbandingan, titik panas di Sumatera Selatan (Sumsel) pada 1-4 Oktober sempat turun yakni hanya 30 hotspot.

1. Ini lokasi detail hotspot di 13 daerah di Sumsel

Suhu panas ekstrem di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ia menambahkan, titik panas pada Minggu (27/10/2024) mencapai 89 titik, dengan 20 titik di antaranya terjadi di lahan gambut. Sisanya, sebanyak 69 titik terjadi di lahan mineral. 

"Paling banyak terjadi di Kabupaten OKI sebanyak 18 titik, Musi Rawas 13 titik, Muara Enim 11 titik, Muba dan Muratara masing-masing 9 titik dan Banyuasin 6 titik," ungkapnya.

Kemudian OKU 5 titik, 4 titik lainnya terjadi di Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan. Sisanya di OKU Timur 3 titik, Prabumulih 2 titik dan Empat Lawang 1 titik.

2. Petugas masih berjibaku memadamkan karhutla

Pemadaman Karhutlah di Sumsel yang menggunakan water booming. (IDN Times/istimewa)

Sementara itu, Plt Kepala BPBD OKI, Nova Triyusanto menyebutkan kebakaran hutan dan lahan atau karhutla masih terjadi di wilayah Kecamatan Pedamaran Timur, Sungai Menang, Pampangan dan juga Pangkalan Lampam.

"Kemaren bahkan titik panas lebih banyak dari sebelumnya. Terpantau ada 18 titik dan terbanyak dari 17 kabupaten/kota di Sumsel," ucapnya saat dikonfirmasi Selasa (29/10/2024).

Nova menjelaskan, beberapa hari yang lalu pihaknya melakukan pemadaman di Desa Perigi, Kecamatan Pangkalan Lampam bersama perangkat desa dan juga masyarakat peduli api (MPA).

"Maka luasan lahan yang terbakar sekitar 1 hektare, berupa semak belukar dan gambut, namun api sudah padam sepenuhnya," tuturnya.

Menurutnya, kebakaran itu diduga karena unsur kesengajaan yang dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab. "Sebab, pada bulan ini peningkatan hotspot terjadi di areal persawahan, lahan produktif milik masyarakat," ucapnya.

3. BMKG sebut suhu sudah di atas 35 derajat Celsius

Ilustrasi Cuaca Panas (Istimewa)

Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Siswanto mengatakan, suhu maksimum pada 26 Oktober tercatat 35,4 Celsius. Suhu itu sudah termasuk ekstrem karena di atas 35 derajat Celsius.

"Dari pantauan beberapa parameter dinamika atmosfer terkini, sampai 29 Oktober secara umum sebagian besar wilayah Sumsel akan terik khususnya pada pagi hingga menjelang siang hari," ujar Siswanto.

Dia menyebut, teriknya cuaca di Sumsel akan berlangsung hingga akhir bulan ini. Wilayah Sumsel pernah mencapai angka 36 derajat Celsius lebih namun masih di bawah 37 derajat Celsius saat puncak kemarau Juli-September yang lalu.

"Kondisi cuaca berupa suhu yang tercatat di atas 35 derajat Celsius, secara meteorologi masuk kategori suhu ekstrem," katanya.

Siswanto mengimbau warga dan pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan di wilayah berpotensi karhutla, khususnya di lahan gambut seperti OKI, Muba, Ogan Ilir dan Banyuasin. Wilayah di Sumsel masih berpotensi tinggi karhutla karena minimnya hujan. 

Potensi itu akan turun ketika hujan turun dan menghilang selama kawasan tersebut sudah mulai basah oleh air hujan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yuliani
Ita Lismawati F Malau
Yuliani
EditorYuliani
Follow Us