Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

LPG 3 Kg di Lubuk Linggau Capai Rp45 Ribu, Stok di Pangkalan Habis

Ilustrasi penerima elpiji 3 kilogram. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Ilustrasi penerima elpiji 3 kilogram. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Intinya sih...
  • Kebijakan larangan penjualan LPG 3 Kg di pengecer menyengsarakan warga Lubuk Linggau, harga mencapai Rp45 ribu
  • Warga Lubuk Linggau protes karena harga LPG 3 Kg langka. Bilapun ada, terpaksa dibeli dengan harga hampir tiga kali lipat HET
  • Namun Pertamina masih mengklaim stok gas cukup, sementara Disperindag akan seragamkan HET untuk menekan harga
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lubuk Linggau, IDN Times - Kebijakan dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menetapkan larangan gas LPG 3 Kg dijual di pengecer atau warung mulai 1 Februari 2025 menyengsarakan warga di pelosok. Harga yang harus dibayarkan warga untuk mendapatkan LPG 3 Kg mencapai Rp45 ribu, atau hampir tiga kali lipat harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan untuk Sumsel yakni Rp18.500.

Salah satunya kelangkaan gas melon ini terjadi di Kota Lubuk Linggau, Sumatra Selatan (Sumsel). Sejak awal tahun lalu, warga sudah protes karena harganya yang dua kali lipat dari Harga Eceran Tertinggi (HET). Ditambah lagi adanya larangan penjualan di pengecer awal Februari ini, membuat elpiji subsidi makin susah didapatkan.

1. Warga keluhkan LPG 3 Kg mahal dan langka

Ilustrasi tabung LPG 3Kg. (IDN Times/Debbie Sutrisno)
Ilustrasi tabung LPG 3Kg. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Salah satu warga Lubuk Linggau, Yusni mengaku sudah sebulan ini dirinya membeli LPG 3 Kg di harga Rp45 ribu. Meskipun mahal tetap terpaksa ia beli karena harga Bright Gas terlalu mahal.

"Kemarin kami selalu beli di Pasar Satelit, harganya Rp45 ribu per tabung. Sekarang malah nggak ada jualan lagi dengan alasan harus beli di pangkalan. Sudah mahal, barangnya susah didapat pula!" ujarnya saat dihubungi, Selasa (4/2/2025).

Dirinya mengaku belum sanggup membeli gas 12 Kg yang mencapai Rp200 ribu per tabung. Sementara untuk menggunakan alternatif lain untuk memasak tidak memungkinkan.

"Kalau saja tidak musim hujan dan cuaca panas, mungkin kami milih bepuntung (kayu bakar). Setiap masuk bulan puasa selalu begini (gas langka)," ungkapnya kesal.

2. Stok gas di pangkalan selalu habis

IDN Times/Debbie Sutrisno
IDN Times/Debbie Sutrisno

Dari pantauan di lapangan, akibat adanya pembatasan ini LPG 3 Kg di tingkat pengecer dihargai Rp40-45 ribu per tabung. Sedangkan di tingkat pangkalan yang tercatat resmi di Pertamina, gas melon seharga Rp18.000 - Rp20.000 per tabung.

Namun sayangnya, hampir setiap gas yang datang ke pangkalan di Kota Lubuk Linggau dalam hitungan menit diakui pemilik pangkalan selalu habis. Warga pun lagi-lagi kecele dan mempertanyakan kemana gas subsidi ini dilarikan.

3. Pertamina sanksi agen nakal dengan pemotongan alokasi gas

Ilustrasi LPG 3 kilogram (kg). (IDN Times/ Riyanto)
Ilustrasi LPG 3 kilogram (kg). (IDN Times/ Riyanto)

Kendati demikian, Pertamina mengklaim kuota gas untuk Kota Lubuk Linggau sudah cukup. Hal ini diungkapkan Nanda Septiantoro, Sales Manager PT Pertamina yang menyebutkan bahwa pihaknya sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan terhadap kelangkaan gas subsidi di Lubuk Linggau.

"Berdasarkan hasil pengecekan, Pertamina tidak menemukan bukti yang sesuai dengan klaim kelangkaan gas yang disampaikan oleh masyarakat. Stok gas tersedia. Jika ada daerah yang kekurangan, kami akan segera melakukan pengecekan ulang," ujarnya.

Terkait dengan adanya indikasi permainan dalam distribusi gas subsidi, Pertamina menegaskan bahwa hal tersebut merupakan fitnah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

"Kami sudah memberikan sanksi kepada beberapa agen dan pangkalan yang melanggar aturan, dengan pemotongan alokasi gas," tegasnya.

4. Disperindag sebut kuota LPG 3 Kg meningkat 13 persen

Ilustrasi elpiji gas melon. (IDN Times/Agung Sedana)
Ilustrasi elpiji gas melon. (IDN Times/Agung Sedana)

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lubuk Linggau Medhioline mengatakan, pemkot sudah mengadakan rapat untuk mengatasi hal tersebut bersama dengan Pertamina serta agen gas LPG 3 Kg di Lubuk Linggau.

Menurutnya, kuota gas LPG 3 kg di Kota Lubuk Linggau sudah meningkat sebanyak 13 persen. Jika dihitung di atas kertas, jumlah tersebut cukup untuk masyarakat yang tergolong miskin dan layak menerima subsidi.

"Kalau melihat dari paparan yang disampaikan Pertamina, bahwasanya kuota kita ini sudah jauh atau lebih dari cukup. Artinya yang disiapkan bagi itu meningkat untuk masyarakat yang memang berhak. Kalau melihat kuota dari masyarakat miskin, kita itu harusnya menurun, tapi melihat dari kuota ini sudah sangat cukup dan berlebih," ujarnya.

5. HET di pangkalan akan diseragamkan

Ilustrasi gas melon atau LPG 3 kilogram. (IDN Times)
Ilustrasi gas melon atau LPG 3 kilogram. (IDN Times)

Pihaknya juga akan melakukan penyeragaman HET terkait melambungnya harga LPG di Lubuk Linggau. Kebijakan ini diambil Disperindag Lubuk Linggau setelah melakukan rapat bersama pihak Pertamina di kantor Pemkot Lubuklinggau pada, Senin (3/2/2025) sore kemarin.

Medhioline menilai penyebab harga gas melon melambung tinggi di Kota Lubuk Linggau hingga mencapai Rp35-45 ribu ini karena harga di masing-masing pangkalan yang berbeda.

"Selama ini harga di masing-masing pangkalan berbeda dan rencananya akan dilakukan penyama-rataan dalam waktu dekat. Nanti akan ditetapkan batas harga eceran tertinggi. Bila sekarang Rp20 ribu, ke depan mungkin Rp22 ribu. Dalam artian semuanya wajib di harga Rp22 ribu tidak boleh lebih," tegasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
Yuliani
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Yuliani
EditorYuliani
Follow Us