Kiprah Edhy Prabowo, Anak Kampung Tanjung Enim Kepercayaan Prabowo

Edhy Prabowo merupakan anak dari pasangan Sutopo dan Sri Rejeki. Ia besar di wilayah Tanjung Enim, Sumsel. Wilayah tersebut merupakan kabupaten yang memiliki tambang batu bara terbesar di Sumsel.

Edhy mengenyam pendidikan di SD Imanuel 1985, SMP Negeri 1 Tanjung Enim, hingga menamatkan SMA Negeri 1 Tanjung Enim. Edhy sejak SD dikenal sebagai murid teladan. Usai menempuh jenjang pendidikan, dirinya hijrah ke Magelang Jawa Tengah, mengikuti pendidikan di Akademi Militer (AKMIL). Namun saat di Akmil, dirinya terkena sanksi hingga harus keluar dari kesatuan.

Sayang, dua tahun di Akmil membuat Edhy Prabowo keluar. Dirinya lalu memutuskan mencari tantangan baru ke Jakarta. Dengan latar belakang pernah menempuh pendidikan Akmil, Edhy bertemu dengan Dangroup III TNI AD, Letkol Prabowo Subianto. 

Pertemuan dengan menantu Presiden Soeharto tersebut membawa perubahan hidup bagi Edhy sebagai anak kampung menjadi orang kepercayaan orang nomor satu di Partai Gerindra.

Dirinya bahkan dibiayai oleh Prabowo mengenyam pendidikan lanjut di sebuah Universitas swasta. Peluang itu tidak disia-siakan Edhy. Sebelum terjun menjadi politikus, Edhy sempat menjadi pengusaha.

Dirinya kerap bersama Prabowo dalam berbagai kegiatan, bahkan pernah terlibat di organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), hingga memutuskan menjadi politikus pada 2009 dari partai Gerindra.

Edhy juga sempat menemani kepergian Prabowo usai dicopot sebagai Pangkostrad pada 1998. Sejak itu, dirinya selalu mengikuti Prabowo pergi dari Jerman hingga sempat menetap di Yordania sebelum kembali ke Indonesia.

Berkat menjadi orang kepercayaan Prabowo, Edhy pula kerap ditunjuk Ketua Umum Partai Gerindra itu untuk mengelola bisnisnya. Seperti pabrik bubur kertas, ekspor kayu, jasa keamanan, hingga perkebunan kelapa sawit.

Edhy pernah ditunjuk Prabowo sebagai Asisten Direktur Utama di PT Nusantara Energi. Perusahaan tersebut merupakan holding company untuk mengakomodasi berbagai sumberdaya yang bergerak dalam bidang yang berbeda-beda.

Edhy dipercayai Prabowo berkecimpung di bisnis lain di bidang perkebunan yakni PT Alas Helau, lalu Tusam Hutan Lestari di bidang kehutanan. Lalu pabrik pengelolaan bubur kertas PT Kiani Lestari.

Usai malang melintang dalam bisnis bersama Prabowo, Edhy juga mendirikan perusahaan di bidang keamanan, yakni PT Garuda Security Nusantara.

Karier Politik Edhy juga terbilang gemilang. Berbekal kendaraan Politik dari Prabowo, Edhy mulai berkampanye sebagai anggota DPR RI dari Daerah Pilih (Dapil) II Sumsel yang mencakup 12 kabupaten seperti Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Kota Prabumulih, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir, Lahat, Empat Lawang, Kota Pagar Alam, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, dan Ogan Komering Ulu.

Saat tahun 2009 tersebut, Edhy menjadi caleg dengan peralihan lima suara terbanyak sehingga dirinya berhasil maju ke Senayan. Ia berkecimpung di Komisi VI DPR RI membidangi perdagangan, perindustrian, Koperasi dan BUMN.

Dalam pileg 2014, Edhy kembali maju. Kali ini dirinya berpindah dari Dapil II menjadi Dapil I Sumsel. Saat itu di Dapil I mencakup wilayah Kota Palembang, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, dan Kota Lubuklinggau.

Dirinya memperoleh 75.186 suara dan dipercaya menjabat Ketua Komisi IV bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan dan pangan.

Edhy bersama tim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat, Sabtu (21/11/2020). Lewat akun Instagram miliknya, edhy.prabowo, ia mengaku melakukan penjajakan kerja sama budidaya perikanan khususnya udang dengan salah satu lembaga riset di Honolulu, Hawaii.

Edhy juga menyaksikan penandatanganan kerja sama antara KKP dengan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University. Kerja sama ini kata Edhy dalam keterangan foto di akun Instagram miliknya, mencakup transfer teknologi dan pengetahuan terkait produksi induk udang unggul, melalui pembangunan Broodstock Center Udang di Indonesia.

"Bila kita mampu menghasilkan indukan udang vaname sendiri, target produksi udang nasional 1,5 juta ton per tahun pada 2024 Insya Allah terpenuhi. Tentunya dibarengi dengan langkah strategis lain seperti penyederhanaan izin operasional budidaya, kemudahan pinjaman modal, hingga perbaikan sarana dan prasana tambak yang saat ini sudah berjalan. Mohon doanya semoga poin-poin kerjasama dengan lembaga riset ternama di Amerika Serikat ini dapat segera diimplementasikan. Sehingga budidaya udang berkelanjutan di Indonesia bisa berjalan mandiri. Semangat..."