Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ini Sederet Penyebab Kopi Sumsel Kalah Bersaing dan Kurang Dikenal

Menurut Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed (IDN Times/istimewa)

Palembang, IDN Times - Industri kopi saat ini berkembang pesat. Sumatra Selatan (Sumsel) menjadi salah satu produsen kopi yang menyumbang produksi sekitar 25 persen per tahun. Namun, tingginya produksi kopi Sumsel tidak diiringi dengan branding yang membawanya lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Dibanding kopi asal Sumatra lainnya, kopi Sumsel paling tidak terlihat. Menurut Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed, diperlukan branding kopi Sumsel agar bisa dikenal oleh lebih banyak orang.

"Selama ini, kopi Sumsel hanya banyak merek tetapi untuk brand kurang. Kondisi inilah yang menyebabkan kopi Sumsel tidak dikenal dibanding kopi provinsi tetangga lain," ungkap Ismed dalam Rapat Koordinasi Realisasi Pemasaran Hasil Panen Kopi Sumsel, Senin (29/11/2021).

1. Setiap wilayah membawa merek masing-masing

Ilustrasi tanaman kopi (IDN Times/Indiana Malia)

Dibanding kopi Gayo asal Aceh, Robusta Lampung, dan Kopi Kerinci Jambi, branding kopi Sumsel jarang terdengar. Padahal menurutnya, banyak merek kopi asal Sumsel yang bertaburan seperti Semendo hingga Dempo.

"Kita sudah banyak merek, tapi tidak ada brand pasti kopi asal Sumsel. Ingat ya, brand itu beda dengan merek," ungkap dia.

2. Sumsel harus mulai memikirkan nama brand

Kopi semendo (instagram.com/beskabean)

Menurutnya, branding suatu produk akan menguatkan citra daerah asal kopi tersebut. Brand kopi Sumsel harus dibangun agar masyarakat Indonesia mengetahui jika Semendo atau Dempo itu berasal dari Sumsel.

"Apabila dibawa keluar, orang tidak tahu itu dari mana karena lingkup yang banyak diketahui yakni Sumsel," jelas dia.

Ismed menyarankan, membangun sebuah brand harus memiliki ciri yang kuat dengan wilayah tempatnya berasal. Ia pun menyarankan brand kopi bisa dibangun dengan menggunakan ciri identik Sriwijaya dengan Sumsel.

"Bisa kita buat dengan nama Kopi Sriwijaya, atau kopi apalah yang menunjukan bahwa itu berasal dari Sumsel," jelas dia.

3. Pengolahan pasca panen harus diperbaiki

Ilustrasi komoditas pertanian kopi (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Tercatat ada tujuh wilayah penghasil kopi di Sumsel yakni Pagar Alam, Empat Lawang, Muara Enim, OKU, OKU Selatan, Lahat, dan Musi Rawas. Ketujuh daerah produsen kopi tersebut harus disatukan untuk membangun brand kopi Sumsel.

Dirinya juga menambahkan, perlu upaya meningkatkan kualitas kopi Sumsel agar naik kelas menyusul provinsi lain. Selama ini, pengelolaan kopi Sumsel dianggap buruk karena dilakukan secara tradisional dan salah dalam pengolahan. Untuk mengubah hal itu, diperlukan kerja sama semua pihak. Tidak hanya petani, tetapi juga pemerintah.

"Kita lihat bahwa pengolahan kopi di Sumsel ini sedikit buruk, seperti dijemur di jalan dan dilindas kendaraan. Lalu cara panen tanpa memisahkan biji yang sudah merah atau masih hijau," tutup dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deryardli Tiarhendi
Rangga Erfizal
Deryardli Tiarhendi
EditorDeryardli Tiarhendi
Follow Us