4 Fakta Mata Lebam Siswi SD di Palembang Bukan Dianiaya tapi Pertusis

- Kasus mata lebam siswi SD Negeri 150 Palembang viral di media sosial
- Polisi tidak menemukan indikasi penganiayaan terhadap siswa di sekolah
- Siswa ternyata menderita batuk rejan atau Pertusis, bukan akibat kekerasan di sekolah
Palembang, IDN Times - Publik Palembang sempat dihebohkan dengan curahan hati (Curhat) seorang ibu yang anaknya berinisial FT (7) mengalami mata lebam memerah sepulang sekolah. Awalnya pihak keluarga menduga korban mengalami penganiayaan namun, setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian dan hasil pemeriksaan medis dilakukan, korban ternyata menderita batuk rejan atau Pertusis.
Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak saat menderita batuk. Gejala awalnya ditandai dengan bintik merah pada mata dan menyebar keseluruh mata dan menimbulkan lebam. Dugaan penganiayaan yang sebelumnya dilaporkan pihak keluarga pun akhirnya terbantahkan.
Berikut IDN Times merangkum empat fakta yang mencuat dari kasus yang menimpa FT hingga akhirnya gugurnya tuduhan kekerasan di sekolah.
1. Dugaan penganiayaan viral di media sosial

Kasus viralnya mata anak SD Negeri 150 yang memerah dan menimbulkan bekas lebam viral di media sosial setelah pemilik akun @Virasoniaaaa mengunggah narasi dugaan kekerasan di sekolah, Kamis (30/10/2025). Unggahan itu dibuat vira berdasar keterangan ibu korban Erna yang sedih melihat kondisi cedera pada mata anaknya.
Kecurigaan pihak keluarga muncul saat Erna mendesak FT untuk mengaku siapa yang mengganggu di sekolah. Saat itu, Erna belum tahu mengenai gejala batuk rojan atau pertusis tersebut.
Dari desakan itu, FT pun membuat pernyataan yang membuat Erna semakin yakin anaknya menjadi korban kekerasan setelah dirinya mengungkatkan dipukul oleh salah satu guru yang memakai cincin. Setelah hari kejadian, Erna kembali ke sekolah untuk meminta penjelasan kepada para guru dan siswa di kelas korban.
Namun, setiap guru yang ditanya dan rekannya di sekolah mengaku tidak tahu apa yang menyebabkan mata memerah dan lebam pada wajah FT. Sebagai orang tua, Erna ingin ada penjelasan yang logis.
Bahkan salah satu guru menduga kondisi pada mata korban disebabkan oleh keseringan menggunakan gawai. Spekulasi pihak keluarga langsung menyebar ke publik.
Banyak pihak menduga korban menderita pertusis sebagian lainnya menyayangkan dugaan adanya kekerasan. Kasus itu pun langsung ditindaklanjuti Pemkot Palembang dengan membawa korban untuk menjalani pemeriksaan medis. Sedangkan Polrestabes Palembang mendalami dugaan penganiayaan sebagaimana laporan orang tua korban ke polisi.
2. Tak ada bukti soal penganiayaan

Polisi yang melakukan penyelidikan telah memeriksa sejumlah saksi mulai dari rekan korban hingga para guru. Dari hasil pemeriksaan tersebut polisi tak menemukan indikasi penganiayaan terhadap siswa di sekolah.
Bahkan fakta terbaru, polisi menemukan indikasi korban mengalami sakit dari visum et repertum yang menyebabkan matanya menjadi memerah dan menimbulkan lebam. Lebam dimata korban dipastikan bukan diakibatkan oleh benturan benda tumpul atau goresan yang disengaja.
Adapun terkait rentetan rekaman medis korban diketahui sempat mengalami batuk rejan pada 27 Oktober 2025. Batuk ini yang diduga menjadi pemicu munculnya bintik merah di mata korban yang seiring berjalannya waktu memerah dan timbul lebam.
Polisi telah menerima penjelasan dari dokter mengenai penyakit ini. Sehingga laporan pihak keluarga soal penganiayaan tidak terbukti.
3. Jauh sebelum hasil medis keluar sekolah membantah ada kekerasan

Jauh sebelum ada hasil medis yang menyatakan korban terkena batuk rejan. Kepala Sekolah SD Negeri 150 Palembang Eka Octa Nugraha, mengklaim tidak ada kekerasan yang terjadi oleh pihak sekolah maupun temannya.
Bahkan faktanya, saat hari dimana korban bersekolah sebelum kasus ini menjadi viral, salah satu guru telah mendapati buntik merah pada mata FT. Pihak sekolah pun sempat membesuk korban di puskesmas dan meminta rujukan agar FT diperiksa di RS Bunda Palembang.
Eka pun membantah klaim keluarga berdasarkan keterangan siswa mengenai dugaan penganiayaan menggunakan cincin. Pasalnya, di sekolah itu, tak ada guru yang menggunakan cincin ke sekolah.
4. Disdik minta publik tak ambil kesimpulan

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Palembang, Muhammad Affan Prapanca, terkait kasus yang ramai dibahas publik soal FT, meminta publik tidak mengambil kesimpulan awal. Dinas setempat sudah melakukan klarifikasi kepada pihak sekolah dan tidak menemukan adanya indikasi kekerasan di sekolah sebagaimana informasi di media sosial.
Disdik Palembang memilih untuk menunggu hasil pemeriksaan medis lantaran menduga korban memang mengalami suatu penyakit.


















