Palembang, IDN Times - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumatra Selatan (Sumsel) kembali terjadi. Kabut asap akibat karhutla mulai menganggu udara segar di Palembang dan menyebabkan konsentrasi partikulat waktu pagi hari berada pada level tidak sehat.
"Lahan jenis gambut seluas 308,56 hektare (ha) terbakar," ujar Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (BBPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto, Rabu (14/8/2024).
Berdasarkan indikator udara di Palembang dari pemantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), konsentrasi partikulat di angka 2,5 dengan data 72.00ugram/m3 pada pagi hari dan sempat di level kuning atau kondisi udara yang kurang baik untuk kesehatan tubuh.
Sementara sepanjang Januari-Juli 2024 luas keseluruhan lahan yang terbakar di Sumsel mencapai 750,83 ha dengan lahan jenis gambut 308,56 ha dan lahan mineral seluas 42,26 ha.
"Karhutla di lahan gambut tersebar di tiga Kabupaten. Musi Banyuasin 192,52 ha OKI 106,36 ha dan PALI 9,68 ha," kata dia.
Apabila dibandingkan tahun sebelumnya, luasan lahan di Sumsel yang terbakar karena karhutla mengalami penurunan. Tahun 2023, jumlah lahan terbakar seluas 1.178,49 ha dengan lahan mineral 868,01 ha dan gambut 310,48 ha.
Sedangkan karhutla yang terjadi tahun 2024 pada lahan mineral paling luas berdampak di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) mencapai 91,81 ha, lalu di Musi Banyuasin (Muba) 62,88 ha, PALI 59,20 ha, Banyuasin 48 ha, dan Ogan Ilir (OI) 46,52 ha.
Karhutla di lahan mineral juga terjadi di Muara Enim seluas 36,10 ha, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur 32,99 ha, OKU 21,84 ha, Ogan Komering Ilir (OKI) 17,89 ha, Musi Rawas 16,64 ha dan Prabumulih 7,81 ha.
"Karhutla terjadi juga di lahan jenis mineral di Palembang seluas 0,60 ha," kata dia.