Sektor Perkebunan Dongkrak Penerimaan Pajak Sumsel hingga 27 Persen

- Kinerja APBN Sumsel tumbuh positif Januari 2025, dipengaruhi penerimaan pajak sektor perkebunan kelapa sawit dan karet.
- Peningkatan setoran WP dari industri perkebunan mendongkrak ekonomi Sumsel, juga turut didongkrak penerimaan PPN dan PPnBM.
- Tren positif penerimaan bea cukai Sumsel disokong peningkatan kinerja ekspor dan impor, terutama produk CPO.
Palembang, IDN Times - Kementerian Keuangan mencatat kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Sumatra Selatan (Sumsel) tumbuh positif pada Januari 2025.
Tren positif tersebut seiring dengan penerimaan pajak di sektor perkebunan terutama dari komoditas andalan, khususnya kelapa sawit dan karet. Tercatat, industri perkebunan Sumsel menyumbang penerimaan pajak hingga 27 persen.
1. Penyesuaian kebijakan pembayaran WP pengaruhi tren positif penerimaan pajak Sumsel

Menurut Kepala Seksi Penyelenggaraan Pembelajaran Balai Diklat Keuangan Palembang, Muhamad Octariyaddi, tren positif penerimaan pajak Sumsel pengaruh penyesuaian perpindahan penerimaan Wajib Pajak (WP) cabang yang semula disetorkan ke cabang, kini masuk ke WP Pusat.
"Januari ini mengalami pertumbuhan positif 27,9 persen. Faktor pendorongnya dari implementasi core tax pada awal 2025, serta peningkatan setoran masa atas aktivitas perkebunan kelapa sawit dan karet," kata dia dalam keterangan rilis yang diterima, Jumat (28/2/2025).
2. Penerimaan PPN dan PPnBM Sumsel tumbuh 81,4 persen

Selain peningkatan setoran WP dari industri perkebunan, lanjutnya, ekonomi Sumsel berada dalam tren positif turut didongkrak penerimaan PPN dan PPnBM yang tumbuh sebesar 81,4 persen.
"Kinerja pendapatan negara dipengaruhi implementasi core tax, peningkatan kinerja layanan Badan Layanan Umum (BLU), dan meningkatnya harga CPO (Crude Plam Oil) kelapa sawit," jelas Octariyaddi.
3. Pertumbuhan bea cukai Sumsel tumbuh positif didorong ekspor impor produk CPO

Sementara berdasarkan data kinerja penerimaan bea cukai, tren Sumsel masih tumbuh positif yang disokong peningkatan kinerja ekspor dan impor. Termasuk dari peningkatan harga CPO.
"Bea keluar terealisasi Rp39,42 miliar dengan komoditi ekspor yang dikenakan bea keluar sampai Januari 2025 didominasi produk CPO. Realisasi bea keluar tumbuh positif 335,97 persen secara tahunabn dipengaruhi kenaikan Harga Patokan Ekspor (HPE) januari 2025," katanya.