Nyala Api Biru PGN di Balik Produksi Pempek Palembang

- Pempek Lala Palembang beralih ke gas alam PGN karena efisien, efektif, dan ramah lingkungan
- Produksi pempek naik dua kali lipat setelah menggunakan gas alam, menghemat biaya produksi hingga 30%
- PGN berkomitmen mewujudkan net zero emission melalui penggunaan energi lebih ramah lingkungan dari gas bumi
Palembang, IDN Times - Aroma khas ikan segar muncul dari luas ruangan sekitar 5x6 meter di dapur Pempek Lala Palembang. Wangi pempek yang baru digoreng juga begitu semerbak memenuhi seluruh ruangan.
Sekelompok pegawai di sana sibuk mengadon ikan giling dicampur terigu sebagai bahan utama pembuatan pempek, saat IDN Times mengunjungi Pempek Lala Palembang pada medio Oktober lalu. Sejumlah karyawan mahir dan cekatan mengaduk adonan.
Sembari duduk di depan wadah masing-masing, juru masak di Pempek Lala menyelesaikan tugas dengan baik. Sesekali terdengar suara tawa dan obrolan ringan mereka, sementara tangan-tangan tetap lincah dan cekatan dalam mencampur semua bahan jadi adonan pempek siap masak. Ada pekerja yang membentuk adonan menjadi bulat, kapal selam, dan dan pempek lenjer.
Sementara itu, api terus menyala dan membantu proses pemasakan adonan menjadi pempek. Dinding dapur itu pun dipenuhi sambungan pipa kuning, jaringan gas (jargas) alam Pertamina Gas Negara (PGN).
Produksi pempek meningkat 50 persen setelah berlangganan gas alam PGN

Pengelola Pempek Lala sudah memakai api biru dari sambungan pipa gas alam PGN, dua tahun belakangan. Gerai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Palembang ini beralih ke gas alam dari penggunaan gas tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) karena lebih efisen, efektif dan ramah lingkungan.
Panel pusat sambungan jargas berada di luar dapur. Setiap pegawai usaha kuliner itu memiliki keran valve untuk menghidupkan gas saat memasak, sehingga tidak mengganggu pekerja lain.
Total, ada 40 karyawan produksi di Pempek Lala bekerja shift secara bergantian. Dalam sehari, pekerja Pempek Lala mampu menghasilkan 400 kilogram pempek. Jumlah itu naik dari sebelum memakai gas alam dari PGN.
"Sekitar 2021 (pakai gas alam PGN), dulu 200 kilogram (produksi pempek dalam sehari). Sekarang bisa dua kali lipat (produksi pempek) karena lebih efisien dan proses masak cepat matang," kata Firman, Koordinator Pempek Lala Palembang kepada IDN Times.
Pengeluaran biaya produksi bulanan lebih murah setelah penggunaan gas alam PGN

Firman lalu menjelaskan bahwa Pempek Lala memulai bisnis kuliner asli Palembang pada 2007. Nama Pempek Lala berasal dari nama pemilik usaha, yakni Nyimas Fadillah.
Di masa-masa awal merintis usaha, Nyimas Fadillah menggunaakan gas tabung untuk memproduksi makanan khas Palembang itu. Dia kemudian mendapat informasi mengenai gas alam. Pemilik Pempek Lala pun tertarik karena manfaatnya ramah bagi lingkungan.
"Setelah beralih ke jaringan gas alam, perhitungan efisiensi waktu dan biaya lebih hemat, jika dibandingkan gas tabung biasa," kata dia.
Sebagai perbandingan, saat menggunakan gas tabung, pengeluaran dan biaya produksi Pempek Lala per bulan hingga Rp70 juta. Usai memakai pemakaian gas alam, biaya produksi itu terpangkas menjadi Rp24 juta.
Selama dua tahun memanfaatkan gas bumi, menurut Firman, Pempek Lala pun belum pernah mendapatkan masalah penggunaan gas.
Biaya lebih rendah dari pemakaian tabung karena penggunaan jaringan gas dihitung pakai meteran dan gas tak pernah padam. Seharian dalam 24 jam, sambungan gas bumi selalu hidup. Modal awal pemasangan gas alam memang cukup besar, namun untuk manfaat ke depan, pemakaian gas bumi lebih efektif ketimbang pakai LPG.
Pengaturan tekanan api gas alam lebih mudah sehingga mempercepat proses masak pempek

Sebelum pemasangan gas alam, terlebih dahulu pihak PGN mengedukasi dan sosialisasi terkait jaringan gas, termasuk penghitungan kebutuhan berdasarkan panjang pipa sambungan, penempatan regulator, penggunaan keran atau valve sebagai indikator menghidupkan gas hingga penyampaian teknis untuk pemasangan instalasi sambungan.
Efisiensi pemakaian gas alam berpengaruh terhadap waktu masak pempek. Salah satu pegawai Pempek Lala, May, menjelaskan bahwa ada waktu terbuang ketika memasak dengan tabung gas, yakni kala gas habis.
Sedangkan jika pakai gas alam yang ditanam, tidak perlu cabut pasang tabung lagi. Pekerja juga tidak perlu khawatir gas habis saat menggoreng pempek jadi tidak dirasakan.
"Mudah, ngatur besar api (di kompor), gak khawatir lagi gas habis pas masak. Produksi (memasak) jadi lebih cepat, apalagi merebus dan menggoreng pempek kapal selam dan lenjer. Setelah ganti (beralih gas alam) lebih aman karena tidak takut meledak," ungkap May.
Pendapatan omzet pempek Palembang bisa naik hingga 30 persen

Lebih lanjut May menjelaskan, di Pempek Lala Palembang, ada 10 titik lebih keran pipa jaringan gas alam. Pusat pipa berada di Jalan Merdeka kemudian terhubung ke dapur Pempek Lala.
Api dari gas alam menyokong produksi Pempek Lala. Ratusan kilogram adonan bisa disulap menjadi 10 ribu berbagai jenis pempek. "Karena lebih cepat matang jadi produksi makin banyak," timpalnya.
Selain percepatan produksi, gas alam pun meningkatkan pendapatan Pempek Lala hingga 30 persen, apalagi ketika momen high season.
PGN berkomitmen untuk menjaga akurasi meteran sambungan jargas

Area Head PGN Palembang, Braman Setyoko berkomitmen memberikan kepuasan terhadap pemakaian gas alam sekaligus memenuhi kebutuhan gas bumi yang makin meningkat, khususnya di sektor industri.
"Demi keberlanjutan industri dan mendukung kebijakan energi bersih pemerintah," kata dia.
Perluasan bisnis jaringan gas alam, menurut dia, selaras dengan target Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE), melalui penggunaan energi lebih ramah lingkungan dari gas bumi. PGN juga berkomitmen mewujudkan akurasi meteran jaringan gas sambungan rumah tangga (SRT)dan terjaga di 10 wilayah pengelolaan. Akurasi meteran di Palembang terpantau dari sistem workshop kalibrasi Off Take Station (OTS) di Demang Lebar Daun, Macan Kumbang.
PGN mengelola akurasi meteran gas hingga 50 ribu sambungan rumah tangga

Sejak tahun 2022, kata Braman, PGN telah mengusulkan inisiatif sistem workshop kalibrasi OTS di Palembang untuk mengelola wilayah jaringan gas yang ditugaskan pemerintah melalui APBN. Saat ini, PGN mengelola sekitar 50 ribu sambungan rumah, ditambah sambungan dari anak perusahaan dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Workshop kalibrasi OTS berfungsi sebagai area verifikasi akurasi meteran jargas dengan membandingkan alat ukur sesuai standar nasional dan internasional. Proses kalibrasi ini penting untuk memastikan bahwa alat ukur memiliki akurasi sesuai ketentuan berlaku.
"Workshop kalibrasi ini diresmikan pada 1 Maret 2024, bekerja sama dengan Disperindag Kota Palembang dalam pelaksanaan Tera Meter Gas Diapraghma," jelas dia.
Pengecekan akurasi gas PGN dilakukan setiap 10 tahun sekali

Berdasarkan data PGN, kata Braman, total sambungan jaringan gas yang dikelola Workshop OTS Demang Lebar Daun mencapai 180 ribu. Dari jumlah itu, 75 persen di antaranya milik PGN dan sisanya berasal dari BUMD.
Kehadiran Workshop OTS mendorong efisiensi biaya pengiriman dan kalibrasi, berpotensi menambah pemasukan perusahaan.
Kalibrasi meter gas dilakukan setiap 10 tahun, dimulai dengan inspeksi performa meter. Jika setelah 10 tahun masih dalam batas toleransi, meteran dapat digunakan kembali untuk periode 10 tahun berikutnya. Langkah tersebut menjadi komitmen PGN Palembang untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan akurasi pengukuran gas demi kepuasan pelanggan dan pengguna gas alam.
Tidak saja memastikan akurasi meteran jargas, PGN mempercepat pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat di Sumatra Selatan (Sumsel) dengan menambah luasan area pemasangan jargas di Musi Banyuasin (Muba) dan Banyuasin. Data PGN, pengelolan jargas di wilayah Sumsel dan Jambi mencapai 49.963 pelanggan.
Mayoritas Pelanggan gas alam PGN di Sumsel berasal dari Sekayu

Dia juga mengungkap, pengguna gas alam tersebar di 8 kabupaten/kotakota. Tahun 2024, PGN fokus pemasangan konstruksi saluran jargas berjumlah 3.124 pipa penyambungan. Pemasangan jargas itu masing-masing dikebut untuk wilayah kerja Musi Banyuasin (Muba) di Sekayu berjumlah 1.624 pipa dan di Banyuasin 1.500 kontruksi.
Tercatat sepanjang 2023 pengguna jargas PGN tertinggi berada di Muba dengan total 16.267 pipa telah terpasang. Jumlah kontruksi sambungan tersebut tertinggi di Sekayu karena gas bumi paling banyak berada di sana.
"Pertumbuhan jargas PGN khusus Palembang sudah terpasang untuk 12.100 pelanggan rumah tangga, 10 pelanggan sektor industri dan 231 pelanggan komersial," jelas Braman.