Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Asa Wastra Sumsel Berkilau: Limbah Perca Mendunia Berkat Pertamina

Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025.
Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Intinya sih...
  • Sherlly Novresta, pengrajin wastra di Palembang, memanfaatkan limbah perca untuk membuat tas etnik khas Sumatra Selatan.
  • Program Pertamina UMK Academy 2025 membantu Sherlly meningkatkan usahanya dengan pelatihan go digital dan pemasaran.
  • Pertamina mendukung pertumbuhan ekonomi lokal melalui program UMK Academy 2025 dan SMEXPO Palembang 2025 untuk pelaku UMKM.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Dari ruang sederhana di sudut Kota Palembang, Sherlly Novresta menatap serius komputer tabletnya seraya mengikuti pelatihan Pertamina UMK Academy 2025. Sebelum memerhatikan seksama berbagai materi di laman Learning Management System (LMS), Sherlly baru saja menyelesaikan produk tas bermakna.

"Dari pola jadi karya," kata Sherlly yang sudah merajut wastra khas Sumatra Selatan (Sumsel) sejak usia belia.

Kira-kira pekan ketiga Oktober, IDN Times sengaja berkunjung kediaman Sherlly sekaligus pabrik homemade berbagai tas wastra dari limbah perca. Jalan Swadaya Pakjo, jadi saksi usaha dan kerja kerasnya membangun jenama Niketo. Kata Sherlly, setiap kain punya cerita mewujudkan warisan budaya.

"Sudah dari SD belajar menjahit dan merajut berbagai kain untuk dibuat jadi produk," jelasnya.

Seraya menunjukkan berbagai kelas yang ia ikuti dalam Pertamina UMK Academy 2025, Sherlly siang itu fokus mempelajari program go digital. Ia menyampaikan, go digital mengajarkan agar usahanya naik kelas dan bisa menjangkau merek mendunia hingga dikenal global hanya dalam satu genggaman, digitalisasi.

"Terbaru produk tas khas Sumsel dari wastra lokal yang bisa dibuat paling cepat 3 hari dan paling lama bisa sebulan," kata dia.

Sempat menyaksikan kesibukan Sherlly menjahit potongan-potongan perca dengan benang baru di atas meja kayu yang mulai aus, berbagai wastra dari songket, blongsong, tenun jumputan, hingga blongket berserakan di sisi mesin jahit. Di sana tampak keuletan seorang perempuan merajut, menelusuri pola dan menyulam cerita dari sisa kain yang dulu dianggap tak berharga.

"Perca-nya dapet dari garmen, dibeli dengan harga terjangkau. Tapi tetap lihat kondisi apakah layak atau tidak (perca). Jadi kebanyakan yang dipabrik itu barang setengah reject yang masih bagus. Saya pilah yang terbaik," ujarnya.

Jemari Sherlly bergerak lincah, menciptakan limbah pabrik garmen menjadi wastra baru kian berkilau. Hasil perpaduan itu melahirkan tas-tas etnik yang tak hanya indah, melainkan  membawa kisah tentang sejarah tradisional dan karya kearifan lokal.

"Setiap jahitan adalah doa kecil. Saya ingin orang tahu dari sesuatu yang tersisa, kita bisa menciptakan barang baru berharga," ujar Sherlly sambil menunjukkan salah satu karyanya.

Melihat ritme dan alunan tangannya menari di atas mesin jahitan, Sherlly bisa menyelesaikan karyanya dengan segera jika tingkat kesulitan tak terlalu rumit. Tetapi tidak jarang, ia harus lebih bersabar karena harus menuntaskan pekerjaannya hingga berbulan-bulan. Sebab, semua jahitan itu ia kerjakan manual tanpa mesin ukuran besar.

Dia menjual karyanya mulai dari harga ratusan ribu sampai paling mahal Rp2 juta untuk satu produk. Produk tas etniknya pertama terjual pada tahun 2020 dibeli oleh wisatawan Aceh. Sebelum tas, sebenarnya Sherlly sudah menjahit berbagai karya mulai dari boneka Aesan Gede, kotak pensil, dan berbagai aksesori manual sejak masih berada di tingkat Sekolah Dasar (SD).

"Dulu jahitnya manual tanpa mesin, saya baru 2019 bisa pakai mesin. Alhamdulillah justru pas zaman Covid-19, (usaha) makin berkembang. Selain garmen bahan dasar juga dari limbah kain tenun yang diambil dari Seberang Ulu kawasan Tuan Kentang," kata dia.

Usai mesin jahitnya ia matikan karena sudah membereskan satu karya, Sherlly pun membuka jendela baru. Dia mulai konsentrasi membaca semua materi dalam LMS Pertamina Academy 2025. Di layar tablet, ia menyimak modul tentang strategi pemasaran, digital branding, hingga manajemen keuangan usaha kecil. Sambil mencatat penuh tekun, seolah dia sedang merajut ilmu seperti menjahit kain dari benang demi benang.

“Dulu saya hanya tahu cara membuat tas, tapi lewat UMK Academy, saya belajar bagaimana menjual, mengatur, bahkan menumbuhkan usaha," jelasnya.

Program tersebut katanya, menjadi dunia beda dalam membuka mata. Yakni, jadi pengrajin bukan hanya soal keterampilan tangan, tetapi juga kemampuan membaca peluang. Dia belajar tentang Marketing SOP, cara membuat konten digital, hingga memahami pentingnya identitas merek. Perlahan, produknya mulai dikenal, tak hanya di Palembang, tapi juga menembus pasar luar negeri.

"Saat ini seleksi program Pertamina UMK Academy. Sebelumnya, sudah menang PFPreneur Pertamina 2024. Berkat program ini (Pertamina) saya bisa memasarkan lebih dari lewat WhatsApp, tapi sudah bisa marketplace dikenal luar negeri," kata Sherlly.

Menurut Bambang, salah satu konsumen setia produk Niketo, alasannya membeli berbagai karya hasil jahitan Sherlly, karena barang terlihat natural dan berbeda dari yang lain. Kata dia, Sherlly memiliki imajinasi luar biasa karena mampu melahirkan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Beli tas untuk istri ke undangan, barangnya go green jadi kami tertarik. Terus, barangnya juga terbatas karena spesial memanfaatkan kain sisa," ujarnya.

Sementara menilai kualitas barang yang diciptakan Niketo, ide kreasi Sherlly kata Bambang sesuai dengan harapan pemerintah. Yaitu menginginkan pelaku usaha mikro untuk memanfaatkan energi bersih dari berbagai limbah yang masih bisa dimanfaatkan.

Program UMK Academy 2025 jadi dedikasi Pertamina mendorong pertumbuhan ekonomi lokal

Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025
Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi mengatakan, peserta yang mengikuti program ini memiliki  antusiasme tinggi dan mencerminkan besarnya kebutuhan pelaku usaha terhadap program pengembangan kapasitas yang berkualitas di sektor UMKM, khususnya di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

Program UMK Academy 2025 kata Rusminto, dirancang secara sistematis selama 5-6 bulan, dengan menggabungkan berbagai metode pembelajaran. Rangkaian kegiatan mencakup self-learning melalui platform e-learning, short course, pendampingan intensif, business coaching, sosialisasi program, sertifikasi, kurasi UMK Champion, serta kompetisi UMK Aggregator yang dikenal sebagai Pertapreneur Aggregator.

Menurut Rusminto, program ini menjadi salah satu langkah strategis Pertamina dalam menciptakan dampak transformatif bagi sektor UMKM Indonesia. Bahkan dari pelatihan tersebut, ia berharap pertumbuhan ekonomi lokal makin menguat dan mampu berkelanjutan dan berdaya saing tinggi secara nasional dan internasional.

"Pelatihan ini fokus penguatan manajemen keuangan, penentuan harga pokok penjualan (HPP), serta analisis riset pasar. Kami berharap UMK Academy menjadi pondasi pertumbuhan UMKM berkelanjutan. Melalui empat kelompok pengembangan Go Modern, Go Digital, Go Online, dan Go Global. Harapannya, peserta naik kelas," jelas dia.

Melalui Program UMK Academy 2025, Pertamina berkomitmen membangun fondasi pertumbuhan ekonomi daerah jangka panjang. Apalagi, program ini sejalan dengan implementasi Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan ke-8 tentang pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan serta penciptaan lapangan kerja produktif seiring prinsip Environmental, Social & Governance (ESG).

Pertamina topang UMKM lokal lewat berbagai program

Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025
Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Selain Program UMK Academy 2025, Pertamina pun mendukung produk kreatif lokal di Sumsel. Yakni menyelenggarakan Pertamina Small Medium Enterprise Expo (SMEXPO) Palembang 2025. Pada 17–19 Oktober 2025, SMEXPO menjadi wadah bagi 35 pelaku UMKM unggulan binaan Pertamina untuk tampil percaya diri di panggung besar.

Mereka bukan sekadar berjualan, tetapi menunjukkan kepada publik bahwa 'energi' Pertamina tak hanya mengalir di tangki-tangki bahan bakar, melainkan juga di nadi semangat wirausaha rakyat.

Sepenjang kegiatan itu, diketahui total transaksi mencapai Rp465 juta, menjadi bukti bahwa produk lokal punya daya saing kuat di tengah derasnya arus industri modern. Bagi Yuli, pelaku UMKM Afif Pelangi, ajang ini bukan sekadar pameran, melainkan ruang pembuktian.

“SMEXPO membuka jalan baru bagi kami untuk dikenal lebih luas. Pertamina tidak hanya memberi pendampingan, tapi juga kesempatan untuk naik kelas,” kata dia.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi menambahkan, dukungan terhadap UMKM adalah bentuk tanggung jawab sosial dan kontribusi Pertamina mendorong ekonomi inklusif.

"Pertamina akan terus memperkuat pembinaan UMKM melalui pendampingan, pelatihan, hingga promosi. Karena kami percaya, UMKM yang kuat berarti ekonomi bangsa yang tangguh,” katanya.

Bukti pelaku UMKM menopang ekonomi daerah

Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025
Pelaku UMKM Palembang Sherlly yang merupakan peserta Pertamina UMK Academy 2025 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Pelaku UMKM harus didukung penuh karena terbukti mampu jadi penopang dan tiang ekonomi wilayah termasuk di Sumsel. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Sumsel,  penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada akhir September 2025 sudah Rp7,6 triliun.

Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumsel Amiruddin realisasi KUR itu telah menjangkau lebih dari 58 ribu debitur. Katanya, selain sebagai solusi permodalan, penyaluran KUR mampu mendorong penciptaan lapangan kerja baru di sektor produktif.

"Program ini menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mayoritas pelaku usaha kecil sangat bergantung pada pembiayaan KUR," jelas dia.

Amiruddin menyampaikan, capaian KUR di Sumsel tahun 2025 tergolong positif, dengan sekitar 60 persen disalurkan ke sektor produksi. Kemudian bagian dari upaya memperluas akses terhadap KUR, Sumsel turut berpartisipasi dalam kegiatan nasional berupa akad massal, yang melibatkan 300 debitur dari empat bank Himbara.

"Tahun depan, pemerintah menargetkan peningkatan penyaluran ke sektor produksi hingga 62 persen," kata Amiruddin.

Sementara kata Gubernur Sumsel Herman Deru, pemberian modal usaha dari KUR jadi salah satu aspek memperkuat UMKM. Dia menambahkan, peningkatan keterampilan dan kemampuan melalui berbagai pelatihan lembaga dan institusi adalah poin utama bagian manajerial untuk mendorong pelaku usaha berkembang mandiri.

“Permodalan bukan satu-satunya faktor. Keterampilan, bakat, dan jiwa kewirausahaan juga harus menjadi perhatian,” ujarnya.

Selain itu, Deru juga menekankan pentingnya aspek pemasaran, karena produk yang baik harus didukung oleh kemampuan memasarkan secara efektif agar bisa bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Ia pun berharap perbankan dan lembaga tidak hanya berperan sebagai penyalur dana, tetapi juga menjadi pendamping usaha bagi pelaku UMKM.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us

Latest News Sumatera Selatan

See More

Asa Wastra Sumsel Berkilau: Limbah Perca Mendunia Berkat Pertamina

26 Okt 2025, 21:24 WIBNews