Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Asa Pengerajin Angkinan di Palembang, Kekal Jadi Warisan Budaya

Kain angkinan khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Intinya sih...
  • Kain angkinan, warisan budaya Palembang, mulai memudar oleh modernisasi
  • Pengerajin komitmen melestarikan kain angkinan sebagai produk berharga dan bernilai istimewa
  • Kain angkinan dibuat dari bludru dengan motif estetika disulam benang emas, harganya mulai dari Rp200 ribu

Palembang, IDN Times - Sekelompok perempuan sibuk menyulam kain dengan beragam benang emas. Perlahan-lahan tangan mereka lincah memainkan jarum jahit menjadi motif istimewa. Sepintas obrolan dan sedikit canda tawa meramaikan aktivitas mereka yang fokus menyelesaikan kain angkinan, kain warisan budaya Palembang yang saat ini mulai memudar oleh modernisasi.

Suhu hangat dari luar jendela yang masuk ke suasana rumah kayu rumah bingen khas Bumi Sriwijaya, menjadi saksi kebersamaan mereka melestarikan budaya asli Kota Pempek. Meski udara cukup panas, semangat mereka tak padam untuk menuntaskan ragam jenis dan motif kain angkinan untuk dipasarkan hingga dikenal luas.

1. Kain angkinan diharapkan menjadi produk bernilai istimewa hingga mendunia

Kain angkinan khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ayu, pengerajin kain angkinan di Jalan Mayor Zein, Sungi Lais Kalidoni Palembang bercerita, sebagai salah satu pihak yang ingin kain angkinan tetap lestari dan kekal jadi warisan budaya, dia bersama kelompok pengerajin komitmen mewujudkan karya-karya kain angkinan menjadi produk berharga yang bernilai istimewa.

"Kerajinan kain angkinan ini merupakan hasil kerajinan turun temurun dari nenek moyang dan saya terus melestarikan dengan mengajaksaudara dan kerabat untuk terus membuatnya agar tetap dikenal tidak hanya songket dan jumputan," ujar Ketua Kelompok Angkinan Sunan itu kepada IDN Times, Minggu (27/10/2024).

2. Kain angkinan disulam dengan ciri khas benang emas

Kain angkinan khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Nama angkinan dibandingkan kain-kain lain di Palembang memang lebih awam dikenal. Penyebabnya, pemasaran kain angkinan tidak sepopuler warisan budaya lain yang sudah mendunia. Harga bahan baku yang tinggi, membuat kain angkinan ini lebih minim eksistensi ketimbang jumputan ataupun songket khas Bumi Sriwijaya.

Kain dasar pembuatan angkinan dari kain jenis bludru yang kemudian motif-motif estetika disulam dengan benang jahit berwarna emas sebagai khas elegan angkinan. Angkinan istimewa sering dipakai di momen dan acara resmi seperti pernikahan adat Palembang.

"Pembuatan kain angkinan ini berbeda dengan songket kalau songket di tenun kalau kain angkinan di sulam dengan bahan dasar kain bludru dengan ciri khas benang emas," kata dia.

3. Motif khas kain angkinan ada 15 jenis berbeda

Kain angkinan khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Histori kain angkinan sebenarnya sudah ada sejak Kesultanan Darusallam pada masa Kerajaan Sriwijaya. Namun dalam pelestarian, kain angkinan kalah saing dari kain-kain daerah lain, yang juga dipengaruhi pengerajin angkinan hanya dari turun menurun keluarga.

Ciri khas kain angkinan ada 15 motif mulai dari sulur-sulur, kuku kelabang, papan jari lima, burung, kembang-kembang, kipas lurus, kipas miring, biji pala dan motif lainnya. Kain angkinan saat ini tidak hanya dibuat untuk pakaian pengantin, melainkan juga bisa jadi sarung bantal, souvenir, taplak meja dan gandi.

"Kelompok kain angkinan sunan ini ada 50 orang. Puluhan orang ini merupakan saudara dan kerabat yang tinggal di sekitar Kampung Angkinan Sunan. Pemasarannya selama ini di jual ke pasar 16 dan Komplek Ilir Barat Permai dan sdkarang karena sudah ada media sosial jadi penjualan juga di pasarkan lewat media sosial," jelasnya.

4. Harga kain angkinan mulai dari Rp200 ribu

Kain angkinan khas Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Kain angkinan di pasaran dijual mulai dari Rp200 ribu. Harga yang ditawarkan beragam, tergantung jenis dan motif. Harga yang dibandrol untuk satu set sarung bantal kursi Rp750 ribu, sedangkan untuk satu set pakaian pengantin harganya mencapai Rp 17 juta.

"Pengerjaan sarung bantal membutuhkan waktu dua minggu. Sarung bantal dan taplak meja paling best seller dipesan dan sudah dikirim ke Malayasia. Sementara untuk lua kota baru Jakarta dan Yogyakarta saja," kata Ayu, generasi keempat pengerajin kain angkinan.

Dirinya berharap kain angkinan khas Palembang bisa terus lestari dan kekal diwariskan turun menurun agar anak cucu generasi selanjutnya bisa mengetahuu warisan budaya dan tradisi asli daerah. "Angkinan ini bersaing denga kain-kain minimalis, tapi kami tetap akan melestarikannya," timpal dia.

Share
Topics
Editorial Team
Feny Maulia Agustin
Yogie Fadila
Feny Maulia Agustin
EditorFeny Maulia Agustin
Follow Us