Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Hal Childish yang Harus Kamu Lepas untuk Menjadi Dewasa

ilustrasi orang melakukan relaksasi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Katanya dewasa bukan sekadar soal umur, tetapi juga proses bertumbuh. Baik itu pertumbuhan mental maupun emosional. Kamu yang sudah memiliki tanggung jawab bekerja, mungkin masih merasa seperti anak-anak.

Karena merupakan sebuah proses, menjadi dewasa berarti memerlukan banyak pengalaman dan pembelajaran. Ketika kamu tumbuh menjadi dewasa, ada hal-hal yang perlu kamu tinggalkan atau lepaskan. Berikut hal-hal itu!

1.Ketakutan akan kegagalan

ilustrasi orang pantang menyerah (pexels.com/Allan Mas)

Tidak sedikit orang yang takut gagal. Kondisi itu membuat mereka enggan untuk mencoba hal-hal baru dan memperluas zona nyaman. Wajar memang, tetapi jika ketakutan itu kamu pelihara terus menerus, hal itu akan menghambatmu untuk mencapai potensi terbaik.

Menjadi dewasa berarti berani menanggung risiko yang ada. Ingat bahwa kegagalan membuat kamu bisa belajar dan berkembang. Terimalah kegagalan sebagai bagian dari proses kehidupan. Dengan begitu, kamu akan menjadi pribadi yang lebih berani dan tangguh.

2.Kebutuhan untuk disetujui dan disukai oleh semua orang

ilustrasi orang berdiskusi (pexels.com/Ivan Samkov)

Bukan tugas kamu untuk menyenangkan semua orang. Lagi pula, kamu juga tidak mungkin bisa melakukannya. Sebab, selalu ada orang-orang yang tidak menyukai kita. Maka, berhentilah untuk memperoleh persetujuan dan rasa suka dari semua orang.

Selama kamu berada di jalan yang baik, fokus pada prinsip dan jalan hidupmu. Belajar pula untuk senantiasa menghargai pendapat orang lain. Kedewasaan terletak pada kemampuan kamu untuk membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi.

3.Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan

ilustrasi jam tangan (pexels.com/Malte Luk)

Tidak sedikit orang yang memiliki kebiasaan ini. Padahal, kebiasaan ini merugikan diri sendiri dan bahkan lingkungan sekitarnya. Tak jarang orang merasa stres karena menunda-nunda pekerjaannya.

Maka, biasakanlah untuk membuat jadwal serta menyelesaikannya pekerjaan atau tugas secara tepat waktu. Biasakanlah untuk disiplin. Kedewasaan dapat tercermin dari bagaimana kamu mampu memanajemen waktu dengan baik.

4.Ketidakpedulian terhadap kesehatan diri

ilustrasi orang dalam keadaan tenang (pexels.com/Natalie Bond)

Apakah kamu masih abai terhadap kesehatan diri? Padahal merawat dan menjaga diri sendiri itu penting. Banyak orang abai dengan kesehatan dirinya, baik kesehatan fisik maupun mental. Bentuk abai tersebut seperti menekan diri sendiri terlalu keras, tidak menjaga pola makan, atau menghiraukan betapa pentingnya istirahat.

Jika kamu sehat fisik dan mental, kamu akan bisa menjalani kehidupan dengan tenang dan bahagia. Ingat bahwa dirimu itu berharga. Cintailah dirimu sendiri. Terapkan self-care dengan baik.

5.Merasa selalu benar

ilustrasi orang berdebat (pexels.com/Budgeron Bach)

Apakah kamu merasa selalu benar? Jika iya, kamu perlu meninggalkan sikap tersebut. Jangan terjebak dalam keinginan untuk selalu benar, ya. Setiap orang itu punya pemikiran dan pendapat masing-masing.

Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk senantiasa menghargai dan menghormati perbedaan pemikiran dan pendapat yang ada. Merasa diri selalu benar hanya akan merugikan kamu. Kalau kamu terlalu fokus pada dirimu sendiri dengan merasa selalu benar, hal itu akan merusak hubunganmu dengan orang lain serta menghambat pertumbuhan kamu.

Bagaimana nih, apakah sikap-sikap tersebut masih melekat dalam dirimu? Jika iya, tinggalkanlah kebiasaan itu. Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi bukan berarti kamu berhenti untuk terus berupaya menjadi versi terbaik dirimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us