Nilai Impor Non Migas di Sumatra Selatan Turun 29,37 Persen

Namun nilai ekspor pada Oktober naik 15,96 persen

Palembang, IDN Times - Nilai impor non migas di Sumatra Selatan (Sumsel) mengalami penurunan hingga 29,37 persen. Angka tersebut terpengaruh dari nilai impor keseluruhan yang menurun sebesar 64,24 juta dolar AS pada Oktober jika dibandingkan September 2020.

"Bulan sembilan kemarin nilai impor Sumsel sempat tercatat 90,05 juta dolar AS. Tapi pada Oktober turun 28,66 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Endang Tri Wahyuningsih, Rabu (18/11/2020).

1. Ada tiga kelompok barang impor menurun pada Oktober 2020

Nilai Impor Non Migas di Sumatra Selatan Turun 29,37 PersenSituasi rilis ekspor-impor BPS Sumsel (IDN Times/Istimewa)

Endang menilai, penurunan angka impor di Sumsel menunjukkan capaian yang baik karena memperbaiki neraca perdagangan Sumsel. Mengingat nilai ekspor meningkat pada bulan Oktober sebesar 15,96 persen.

"Ada tiga kelompok impor menurun yakni konsumsi makanan dan minuman, serta hasil minyak yang turun 45,99 persen, bahan baku pupuk dan suku cadang mesin turun 3,28 persen, serta kelompok barang modal yang menurun 37,78 persen," kata dia.

Baca Juga: 3 Negara Tunda Impor Ikan Sumsel, Nelayan Ganti Tangkapan untuk Lokal

2. Sumsel masih impor pupuk dari Belarusia

Nilai Impor Non Migas di Sumatra Selatan Turun 29,37 PersenIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sedangkan sektor impor yang meningkat meliputi pupuk dari Vietnam yang meningkat 3,03 persen, impor bahan kimia anorganik dari Cina yang meningkat 0,99 persen, dan impor lokomotif serta peralatan kereta api yang juga dari Cina sebesar 0,53 persen.

Kemudian untuk kontribusi impor terbesar pada Oktober 2020 didominasi oleh dua sektor yakni mesin-mesin pesawat, dengan nilai 41,55 juta dolar AS (64,70 persen) disusul pupuk senilai 7,83 juta dolar AS (12,19 persen).

"Pupuk hingga kini masih impor dari Belarusia, dan share-nya cukup besar. Ini jadi pekerjaan rumah bersama bagaimana untuk menguranginya," jelasya.

3. Kegiatan investasi di Sumsel masih berjalan baik

Nilai Impor Non Migas di Sumatra Selatan Turun 29,37 PersenIlustrasi ekspor impor (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Endang, penghitungan secara year to year atau dibandingkan dengan Oktober 2019, nilai impor Sumsel justru mengalami kenaikan 53,54 persen, dengan rincian impor migas mengalami penurunan 27,52 persen dan impor nonmigas meningkat 59,75 persen.

Sementara impor barang modal secara year to year mengalami lonjakan signifikan hingga 299,80 persen, sementara dua sektor lainnya mengalami penurunan yakni konsumsi 54,91 persen dan bahan baku/penolong 25,72 persen.

"Impor barang modal masih baik, karena artinya ada aktivitas investasi di Sumsel," terang dia.

4. Neraca perdagangan di Sumsel masih surplus dari tahun lalu

Nilai Impor Non Migas di Sumatra Selatan Turun 29,37 PersenSituasi rilis ekspor-impor BPS Sumsel (IDN Times/Istimewa)

Dalam struktur impor Sumsel dari periode Januari-Oktober 2020 terdata bahwa peran golongan barang modal ini mencapai 55,91 persen, atau menjadi yang tertinggi jika dibandingkan bahan baku/penolong yang berkontribusi sebesar 43,22 persen dan konsumsi sebesar 0,87 persen.

"Namun secara year to year, Sumsel masih surplus neraca perdagangan," tambah dia.

Ada tiga negara utama yang menjadi pengimpor barang ke Sumsel periode Januari - Oktober 2020. Yakni China dengan nilai impor sebesar 388,50 juta dolar AS, Malaysia mengimpor 36,84 juta dolar AS dan Vietnam mengimpor 17,78 juta dolar AS.

"Untuk nilai ekspor Sumsel meningkat 15,96 persen periode Oktober 2020 jika dibandingkan bulan sebelumnya senilai 332,57 juta dolar AS," tandas dia.

Baca Juga: Sumsel Lirik Rempah Sebagai Komoditas Ekspor Perkebunan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya