Mengunjungi TK Junjung Birru Palembang, Bayar SPP Pakai Sampah!

Jangan coba-coba bawa botol plastik kemasan ke sekolah ini~

Palembang, IDN Times - Masuk Taman Kanak-Kanak (TK) Junjung Birru Palembang, mural bernuansa alam langsung menarik mata untuk memandangnya. Terletak di Jalan Demak 2 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1, sekolah bagi anak-anak berusia balita itu memiliki daya tarik tersendiri.

Meski tak asing ketika berkunjung ke sekolah anak-anak yang ceria dengan cat warna-warni. Ternyata lukisan awan biru menggelap, pepohonan hijau dan burung-burung berwarna putih yang hinggap di ranting serta beberapa sampah menempel, menonjolkan makna lingkungan Indonesia saat ini.

"Walaupun gambar alam, tapi awannya agak gelap. Ini menunjukkan keadaan kita karena faktor karhutla, alam jadi rusak. Kemudian ada sampah yang menempel, artinya lestari kita sudah banyak dipenuhi sampah berserakan," ujar Syalfitri, pemilik TK Junjung Birru Palembang, kepada IDN Times, Kamis (27/8/2020).

1. Makna di balik nama Junjung Birru

Mengunjungi TK Junjung Birru Palembang, Bayar SPP Pakai Sampah!TK Junjung Birru Palembang di Jalan Demak 2 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Selain mengedepankan edukasi mengenai kedisiplinan untuk menjaga kebersihan, nama TK Junjung Birru Palembang tersirat makna mendalam. Syalfitri mengutarakan, arti "Junjung Birru" adalah harapan besar bagi anak-anak yang ia didik di sana.

"'Junjung' dalam KBBI kan di atas, 'menjujung'. Maksudnya, saya pengen mereka ada impian besar. Dan 'Birru' sebenarnya bukan warna biru, tapi artinya adalah doa nama baik untuk sesuatu yang baik makan akan besar maknanya," jelasnya.

2. Di sekolah ini, siswa membayar SPP dengan sampah

Mengunjungi TK Junjung Birru Palembang, Bayar SPP Pakai Sampah!TK Junjung Birru Palembang di Jalan Demak 2 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurutnya, mural yang terpampang di dinding depan sekolah menjadi wadah edukasi untuk para anak didiknya dalam menjaga lingkungan. Anak-anak diajarkan untuk disiplin menjaga kebersihan dan kelestarian dan tidak membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan dapat terkontaminasi.

Di sisi lain, wanita paruh baya itu juga berupaya mendidik anak-anak mencintai sampah. Untuk itu, dia membangun Ia mempunyai sistem berbeda membangun TK Junjung Birru Palembang. Hanya bayar iuran sekolah atau Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dengan sampah, wali murid sudah bisa menyekeolahkan sang anak di sana.

"Tidak perlu bayar uang, hanya mengumpulkan sampah, kasih ke kami. Mereka sudah bisa sekolah. Karena sampah yang bernilai bisa jadi alat belajar mereka," kata Syalfitri.

Baca Juga: Kisah Pria Asal Palembang Beli Motor Honda Tunai Pakai Uang Receh

3. Bayar sekolah pakai sampah baru terealisasi rutin pada 2014

Mengunjungi TK Junjung Birru Palembang, Bayar SPP Pakai Sampah!TK Junjung Birru Palembang di Jalan Demak 2 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Lulusan sarjana ekonomi ini menyampaikan, TK yang berdiri sejak 2007 itu baru menerapkan sistem bayar SPP menggunakan sampah sejak tahun 2013. Kebijakan tak biasa ini diambil setelah dia gigih dan gencar mencanangkan kebersihan Kota Palembang terbebas dari sampah.

"Saya itu risih lihat sampah dimana-mana. Kalau ada yang buang sampah pasti saya kejar sampai dapet," ungkap dia.

Bayar SPP dengan sampah ini bukan tanpa aral. Ia bercerita, keluarga sempat menolak rencana positif tersebut. Alasannya, sampah dinilai kotor, beraroma busuk dan tidak bernilai. Padahal, imbuh Syalfitri, sampah bisa menghasilkan karya luar biasa jika tahu dan memahami dengan baik. 

Perjuangannya sempat mendapat perhatian pemerintah. Tahun 2009, dia mendapat penghargaan atas kerja kerasnya dalam mengolah sampah organik dan anorganik.

"Karena ada penolakan, sempat frustasi. Saya berhenti (mengolah sampah). Sampai akhirnya anak-anak TK jadi jawaban, nah mulai 2014 baru terealisasi (bayar iuran pakai sampah)," bebernya.

4. "Ilmu" pemanfaatan sampah didapat dari para pemulung

Mengunjungi TK Junjung Birru Palembang, Bayar SPP Pakai Sampah!TK Junjung Birru Palembang di Jalan Demak 2 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Untuk mengetahui jenis sampah apa saja yang bermanfaat serta bernilai atau tidak, Syalfitri mengaku tak sungkan bertukar pikiran dengan para pemulung. Di matanya, para pemulung lebih paham fungsi dan kegunaan setiap jenis sampah.

Contohnya, tutup botol plastik. Benda yang kerap dibuang orang itu, bisa menjadi alat dalam mengajarkan hitungan kepada anak-anak TK. Selain itu, tutup botol plastik juga bisa menjadi alat anak-anak dalam mengenal warna dan mengelompokkan alat.

Contoh kedua pemanfaatan sampah adalah tutup galon air. Benda ini bisa disulap menjadi alat bagi anak-anak dalam mengenal mimik seseorang.

"Misal tutup botol warna biru ada banyak, kita kasih pertanyaan ada berapa jumlah tutup botolnya atau tutup botol itu warna apa? Nah mereka sudah bisa belajar kan," terang dia.

5. Aturan khusus bagi pengunjung TK: dilarang bawa sampah atau botol plastik!

Mengunjungi TK Junjung Birru Palembang, Bayar SPP Pakai Sampah!TK Junjung Birru Palembang di Jalan Demak 2 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Mengajar puluhan anak, TK Junjung Birru Palembang memiliki lima orang guru pengajar yang sabar dan telaten melatih daya ingat, motorik serta kemampuan bermain anak-anak kelompok usia balita. Tak hanya itu, sekolah milik Syalfitri juga banyak diminati masyarakat di luar kawasan Kertapati.

"Kita ada di daerah Kertapati, tapi anak murid kita banyak dari luar kawasan sini. Ada yang tinggal di Plaju dan Mariana. Menariknya lagi, kita tidak membuka pendaftaran, tapi orang tahu dari mulut ke mulut," ujarnya.

Bahkan untuk mengedukasi masyarakat paham akan bahaya sampah yang menggunung di lingkungan, TK Junjung Birru Palembang memberikan aturan khusus bagi pihak yang ingin berkunjung ke sana. Aturan khusus itu adalah dilarang membawa botol minum kemasan plastik! Bila ada pengunjung yang ketahuan membawanya, akan dikenakan denda.

"Kami mewajibkan untuk membawa tumbler masing-masing, karena sampah plastik itu sulit terurai," tegasnya.

Mengelilingi TK Junjung Birru Palembang, di sisi pintu luar sekolah bahkan terpampang jelas tulisan di permukaan ban bekas berwarna hitam yang ditempel dan dicat ulang warna merah, "TK setahun, SD enam tahun, SMP tiga tahun, SMA tiga tahun, sekolah tiga belas tahun, kok masih buang sampah sembarangan".

"Slogan-slogan untuk menyadarkan kita semua, tapi yang paling penting edukasi sampah ini memang harus melibatkan struktur pentahelix," kata dia.

Baca Juga: Blangko Tak Dibatasi Pusat, Pemkot Palembang Siap Cetak e-KTP Warga 

Nah, bagaimana dengan kamu? Masih buang sampah sembarangan? 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya