TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kekerasan Seksual Anak di Palembang Meningkat Setiap Tahun 

5 kasus pemerkosaan oleh ayah kandung terjadi di Sumsel

IDN Times/Arif Rahmat

Palembang, IDN Times - Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga terdekat, belakangan ini memancing amarah publik yang geram atas ulah amoral pelaku. 

Sumatra Selatan misalnya dalam tiga bulan terakhir, tercatat sudah ada lima kasus ayah kandung memerkosa atau melakukan pelecehan terhadap darah dagingnya sendiri. Korbannya pun merupakan anak-anak. Bahkan ada korban yang diperkosa hingga hamil.

Baca Juga: Perempuan Pelajar SMA di Sumsel Dijual dan Diperkosa 6 Pemuda

Baca Juga: Pria di Muara Enim Puluhan Kali Perkosa Anak Kandung Semata Wayang

1. Korban takut melapor dan bercerita karena diancam

( Direktur Eksternal Women's Crisis Center (WCC) Palembang, Yesi Ariyani) IDN Times/Istimewa

Direktur Eksternal dari Women's Crisis Center (WCC) Palembang, Yesi Ariyani mengatakan, fenomena ini bagai gunung es yang sudah berlangsung lama dan baru terungkap karena korban selama ini tak berani berbicara.

"Sangat miris memang. WCC sering mendapat laporan kekerasan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Mereka takut dan diancam sehingga hanya bisa memendam perlakuan keji tersebut dalam waktu yang lama," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (22/7/2022).

Baca Juga: Guru di Muara Enim Perkosa Muridnya Saat Mengoreksi Nilai Ujian

2. Kekerasan seksual terhadap anak meningkat setiap tahun

(Logo WCC) IDN Times/Istimewa

Dalam catatan WCC, kekerasan seksual terhadap anak ini selalu meningkat setiap tahun. Upaya pendamping terhadap korban juga terus dilakukan agar tak menimbulkan trauma berkepanjangan.

"Apalagi jika korban tersebut sampai mengandung. Kita akan memberi solusi bagaimana sebaiknya yang dilakukan korban dan keluarganya. Apakah diadopsi atau mau dirawat sendiri. WCC tidak berhak mengambil keputusan, namun kita akan memberikan alternatif yang terbaik untuk korban," jelasnya.

Baca Juga: Remaja di Mura Coba Perkosa Bibi Kandung Usai Nonton Film Porno

3. Hukuman pelaku kekerasan seksual terhadap anak belum setimpal

Ilustrasi pencabulan.google

Yesi mengungkapkan, seberat apa pun hukuman yang diberikan kepada pelaku tak sebanding dengan rasa trauma yang dialami korban. Sebab sampai kapan pun trauma itu akan membekas, dan pelaku harusnya mendapat efek jera atas perbuatan yang dilakukannya.

WCC tidak menyarankan jika suatu saat nanti pelaku harus dinikahkan dengan korban hanya karena menghindari rasa malu. Menurutnya, hal itu bukan solusi namun justru berpotensi menimbulkan masalah baru.

"Ada orangtua berpikir jika menikahkan anaknya dengan pelaku adalah jalan keluar. Namun itu justru akan menambah trauma korban dan bisa rentan dengan persoalan lain seperti KDRT. Kita tidak menyarankan korban dipertemukan lagi dengan pelaku, apa pun alasannya," terangnya.

4. Penjagaan terhadap anak harus lebih intens

ilustrasi pencabulan (totabuan.co)

Fenomena kasus ayah perkosa anak kandung beberapa kali terjadi di Sumsel belakangan ini. Berbagai modus dari pelaku disertai ancaman membuat korban tak berkutik, dan hanya bisa pasrah menerima perlakuan sang ayah yang seharusnya menjadi pelindung. Menurut Yesi, banyak faktor yang bisa memicu pelaku berbuat amoral terhadap putrinya.

"Lemahnya iman dan miskinnya akhlak membuat pelaku gelap mata. Mereka lupa bahwa itu adalah darah dagingnya sendiri. Kita harus lebih intens mengawasi dan menjaga anak-anak agar terhindar dari predator seks. Jangan pernah menghakimi korban, dan jangan mudah percaya dengan siapa pun. Sebab pelaku ini melakukan aksinya saat ada kesempatan," tuturnya.

Baca Juga: Pelajar SMA Palembang Setubuhi Kakak Kelas, Modus Jajan tapi ke Hotel 

Berita Terkini Lainnya