TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gapkindo Sumsel Sumringah, Februari 2021 Harga Karet Naik 100 Persen 

Industri diharapkan juga ikut bangkit di tahun 2021

Seorang petani karet tengah melakukan penyadapan karet (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang,IDN Times - Sepekan terakhir Februari 2021 momentum paling menguntungkan bagi Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan. Pasalnya, harga kadar karet kering (K3) kualitas 100 persen naik dan menembus harga tertinggi dibanding per Desember 2020 lalu yakni, Rp24.008 perkilogram.

Harga karet K3 selama ini fluktuatif dikisaran harga Rp17.000 hingga Rp19.000. Bahkan, selama pandemik, karet K3 pernah mencapai harga terendah pada 19 Mei 2020 dengan harga, Rp12.547 perkilogramnya.

"Kita diuntungkan dengan keputusan Thailand yang menghentikan sementara produksi. Selama ini Thailand menjadi pemasok karet ke negara industri. mereka mengumumkan ada rekonsilidasi internal selama beberapa bulan ke depan. Faktor inilah yang dominan mempengaruhi harga karet," ujar Ketua Gapkindo Sumsel, Alex K Eddy, Sabtu (27/2/2021).

Baca Juga: Harga Karet Tembus Rp20.453, Petani Sumsel Girang

1. Keputusan Thailand menghentikan ekspor berdampak pada kebutuhan industri dunia

Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO

Alex mengatakan, tidak dapat memprediksi sampai kapan harga karet K3 akan terus naik. Menurutnya sejak perdagangan dibuka, harga karet di Singapore Commodity Exchange (SICOM) terus mengalami kenaikan. Mulai dari 1,73 US Dollar hingga yang tertinggi sempat menyentuh 1,76 US Dollar.

"Tentunya akan kita lihat. Seberapa besar pengaruh dari keputusan pabrik di Thailand yang akan menghentikan produksi tersebut. Jika memang berhenti beroperasi, tentunya akan berdampak terhadap pasokan karet kebutuhan industri," jelas dia.

2. Vaksinasi diharap hidupkan geliat industri

Buruh tani memanen getah karet. Buruh tersebut mendapatkan upah 50 persen dari hasil penjualan getah yang dipanen. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Alex menyatakan, dirinya berharap vaksinasi yang dilakukan di seluruh dunia bisa terlaksana dengan baik. Sehingga, perekonomian bisa kembali bergeliat dan akan berdampak terhadap permintaan karet.

"Harapan kita vaksinasi ini bisa maksimal terlaksana. Agar industri kembali bergeliat," beber dia.

3. Negara-negara Industri pengaruhi kenaikan harga karet

Buruh tani memanen getah karet. Buruh tersebut mendapatkan upah 50 persen dari hasil penjualan getah yang dipanen. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil, Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, faktor lain dari melambungnya harga karet di Sumsel terjadi karena, pemulihan ekonomi dibeberapa negara.

Contohny, perbaikan ekonomi di Amerika Serikat berdampak pada bangkitnya industri. Lalu, pemulihan sektor manufaktur di Tiongkok juga menyebabkan industri otomotif di sana ikut membaik, sehingga membutuhkan pasokan karet.

"Lalu Arab Saudi yang melakukan pemangkasan produksi minyak secara sukarela dalam jumlah besar di bulan Februari dan Maret ikut membantu kenaikan harga karet Sumsel," tutur dia.

Baca Juga: Penyadap Karet Nyambi Kurir, 25 Kg Sabu dari Aceh Dibungkus Teh

Berita Terkini Lainnya