Demi Jaga Tradisi Palembang, Mamad Teruskan Bikin Mainan Telok Abang
Simbol persembahan untuk Ratu Belanda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Jelang perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, jenis mainan telok abang khas Palembang akan membanjiri di setiap penjuru kota.
Mainan yang hanya dijual satu tahun sekali itu, menjadi pembeda perayaan hari kemerdekaan di Kota Palembang. Apalagi, bentuk dari rupa dan warna beragam mainan telok abang tersebut membuat orang tertarik untuk membeli.
Sebenarnya, yang dijual itu adalah mainan dari kayu gabus dengan bentuk rupa bermacam-macam. Mulai dari kapal layar, pesawat terbang, hingga mobil. Nah, pada bagian tengah mainan tersebut ditusukkan telok abang (telur merah).
Namun, wong Palembang sendiri terbiasa menyebut mainan yang hanya muncul menjelang HUT RI itu, dengan sebutan telok abang. Biasanya, setiap dua pekan sebelum tanggal 17 Agustus, penjual telok abang mulai ramai.
1. Telok abang sebagai simbol perayaan ulang tahun Ratu Belanda
Sedikit berkisah tentang telok abang, Budayawan Palembang, Vebri Al-Lintani mengatakan, sejarah telok abang ini sudah dimulai saat jaman penjajahan belanda. Mainan-mainan tersebut awalnya hanya satu jenis, yakni dalam bentuk kapal-kapal yang sudah dihias untuk persembahan ke pada ratu Belanda kala itu Ratu Wihelmina.
"Jadi dulu telok abang ini sebagai simbol perayaan ulang tahun ratu Belanda, Ratu Wihelmina," kata dia.
Seiring perjalanan waktu, terlebih saat memasuki masa kemerdekaan, semangatnya pun berubah. Telur Abang sendiri memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat. Bentuknya juga beragam, tidak hanya kapal, tapi ada pesawat hingga mobil.
"Tradisi itu berubah setelah kemerdekaan. Telur yang diwarnai warna merah itu maknanya keberanian, putih telur di dalamnya merupakan kesucian. Jadi keberanian yang membalut kesucian. Pengrajin berubah, kreativitas bertambah. Tidak hanya kapal, saat ini banyak ragam jenisnya," jelas dia.
Baca Juga: Terjemahan Alquran Berbahasa Palembang, Ide - Tantangan & Local Wisdom