TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pencemaran Mikroplastik, Sebab Ikan di Sungai Musi Sulit Bertahan

Pencemaran mengganggu sistem hormon ikan di Sungai Musi

Ilustrasi situasi aktivitas kota Palembang di pinggiran Sungai Musi bawah Jembatan Ampera (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Kelestarian ikan di Sungai Musi, Palembang, kian sulit bertahan. Bahkan ikan-ikan asli Sumatra Selatan (Sumsel) seperti Baung Pisang, Kapiat, Patin, Tapah, dan Belida, makin susah ditemukan.

Berdasarkan hasil penyusuran Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama perkumpulan Telapak Sumsel dan Spora Institut Palembang di Sungai Musi, Minggu (17/7/2022), sungai yang membelah kota Palembang sudah tercemar mikroplastik dan kandungan bahan kimia yang tinggi.

Baca Juga: Belanja Online di Masa PPKM Bikin Sampah Plastik di Sumsel Naik

Baca Juga: Sampah di Sungai Sekanak Lambidaro Capai Seperempat Truk Sehari 

1. Kandungan kimia di Sungai Musi Palembang lebih dari standar

Ekspedisi Sungai Nusantara dan tim menyusuri Sungai Musi (IDN Times/Dok. Pribadi)

Menurut Peneliti ESN, Prigi Arisandi, sampel air Sungai Musi mengungkapkan kandungan kimia yang tinggi dengan kadar logam berat Mangan dan Tembaga mencapai 0,2 ppm dan 0.06 ppm. Sedangkan standar bakunya tidak boleh melebihi 0,03 ppm.

"Kadar Klorin dan pospat cukup tinggi yaitu untuk klorin 0,16 mg/liter, seharusnya tidak boleh lebih dari 0,03 mg/liter. Sedangkan pospar juga tinggi mencapai 0.59 mg/liter," jelas dia.

2. Kadar polutan yang tinggi membuat ikan tidak bisa toleran

Ekspedisi Sungai Nusantara dan tim menyusuri Sungai Musi (IDN Times/Dok. Pribadi)

Sementara dari tingginya kandungan kadar kKlorin dan Phospat berdampak terhadap sistem pernapasan ikan, dan turut memengaruhi pembentukan telur. Sehingga mengakibatkan kelestarian ikan sulit bertahan.

Kandungan bahan kimia yang tinggi membuat tingkat pencemaran meluas di Sungai Musi, hingga memicu gangguan reproduksi pada hormon ikan. 

"Serta berakibat kepunahan terhadap ikan-ikan yang tidak toleran dengan kadar polutan tinggi," tambahnya.

3. Mikroplastik jenis fiber mendominasi pencemaran di Sungai Musi hingga 80 persen

Ekspedisi Sungai Nusantara dan tim menyusuri Sungai Musi (IDN Times/Dok. Pribadi)

Selain itu dari uji kualitas dengan kadar mikroplastik dalam air, juga ditemukan bahwa dalam 100 liter air Sungai Musi terdapat 355 partikel mikroplastik dengan jenis paling dominan adalah fiber atau benang-benangan.

"Didapati jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80 persen mendominasi pencemaran mikropastik dan lainnya adalah granula, fragmen, dan filamen," timpal dia.

Prigi melanjutkan, mikroplastik, phospat, logam berat, dan klorin, termasuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon, sehingga keberadaannya di sungai akan mengganggu proses pembentukan kelamin ikan.

"Senyawa pengganggu hormon mikroplastik dianggap ikan sebagai hormon esterogenik, sehingga dimungkinkan terbentuk lebih banyak ikan dengan jenis kelamin betina dibandingkan jantan. Sayangnya jantan pun tidak bisa membuahi telur ikan betina dan membuat penurunan populasi ikan" ungkapnya.

Baca Juga: Tata Kelola Gambut: Izin Korporasi dan Ketegasan Pemerintah 

Berita Terkini Lainnya