TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Pilu Tenaga Medis Palembang, Tidur di Rumah Sakit dan Dimaki 

Padahal masyarakat diminta agar lebih waspada

Ilustrasi penolakan (IDN Times/Arief Rahmat)

Palembang, IDN Times - Pandemi COVID-19 memicu kisah pilu yang dialami bagi banyak tenaga medis di dunia, termasuk Kota Palembang. Profesi sebagai tenaga medis tak mendapat apresiasi dari banyak orang, bahkan stigma disematkan kepada mereka yang justru berperan penting dalam penanganan COVID-19.

Pun bagi mereka karyawan non medis yang bekerja di rumah sakit, merasakan hal yang sama ketika kembali ke lingkungan masyarakat.

Baca Juga: Astaga! Bayi 4 Bulan di Sumsel Positif Corona

1. Minta izin tinggal di rumah sakit

Homeside Financial

Seorang perawat Rumah Sakit Siloam Sriwijaya Palembang yang enggan disebutkan identitasnya mengatakan, setelah angka positif corona meningkat dirinya dilarang pulang ke kosan.

Tak sekedar ditolak pulang, perawat ini dan rekannya mendapat makian dari masyarakat. Mereka tidak diizinkan kembali ke kosan sampai penyebaran virus corona terhenti. Masyarakat di sekitar kosannya khawatir jika perawat-perawat tersebut membawa virus ke lingkungan mereka.

"Mereka takut kami sudah terpapar virus jadi gak boleh pulang sampai mereda," ungkapnya.

Ia menjelaskan, satu di antara rekan sesama perawat tertular COVID-19 dan kini masih menjalani proses penyembuhan di ruang isolasi. Masyarakat di lingkungan tempat tinggal perawat ini mengetahui, jika rekannya sudah terpapar COVID-19. Padahal, niat rumah sakit mengumumkan pasien agar masyarakat sekitar lebih waspada.

"Tujuannya untuk keterbukaan dan membuat mereka waspada. Tapi sayang niat baik malah jadi nasib jelek bagi kami. Kemudian pihak Siloam Sriwijaya Palembang mengizinkan kami sementara tinggal di rumah sakit," terang perawat itu.

2. Suasana rumah sakit mendadak mencekam

Dokter Hafiz yang bertugas menangani pasien COVID-19 di RSUI (Dok. Pribadi)

Diungkapkan Novita TPP, seorang karyawan adminstrasi rumah sakit swasta di Palembang, pasca pasien positif COVID-19 pertama terkonfirmasi, suasana di rumah sakit lebih mencekam ketimbang sebelumnya. Rasa khawatir timbul berlebih ditambah pegawai di sana tumbang hampir setiap hari .

"Sekarang terasa mencekam. Satu per satu teman seprofesi terpapar, dan harus terpisah karena isolasi mandiri akibat menerima pasien diduga tertular corona. Sekarang, kami hanya bisa mencoba tegar dan semangat saja," ungkap dia.

Suasana di rumah sakit tempat Novita bekerja makin horor, saat karyawan non medis tidak diprioritaskan menggunakan APD, khususnya hazmat mengingat stoknya yang sangat minim.

Belum lagi banyak pasien saat datang ke rumah sakit, tidak jujur memiliki gejala virus corona atau sudah bepergian dari daerah zona merah penyebaran COVID-19. Pasien itu khawatir dikucilkan ketika memeriksakan diri di rumah sakit.

"Mereka takut karena banyak warga yang menganggap corona ini aib. Padahal rumah sakit sangat membutuhkan riwayat perjalanan pasien kalau sudah punya gejala, demi kebaikan bersama," tambah wanita yang akrab disapa Vita ini.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan COVID-19 di Sumsel yang Kian Meresahkan

Berita Terkini Lainnya