TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Petugas Paskibraka Sumsel: Tetap Cinta Indonesia Meski Tionghoa

Terinspirasi dari keluarga dan menonton televisi

Kellin Oktaria, anggota Paskibraka Sumsel keturunan Tionghoa (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Kellin Oktaria turut andil menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka tingkat Sumatra Selatan (Paskibraka Sumsel) tahun 2020 di Griya Agung Palembang. Meski dara berusia 15 tahun itu menjadi minoritas karena keturunan Tionghoa, semangatnya tak pernah sekalipun redup untuk ambil bagian dalam perayaan HUT ke-75 Republik Indonesia.

"Saya didukung keluarga dan lingkungan yang kompak tanpa membeda-bedakan. Meskipun saya dari etnis Tionghoa, tapi saya tetap cinta Indonesia," ujarnya usai pelaksanaan upacara HUT ke-75 RI di Griya Agung, rumah dinas Gubernur Sumsel, Senin (17/8/2020).

Baca Juga: 17 Agustus di Griya Agung Tanpa Pembawa Baki, Pertama dalam Sejarah

1. Terinspirasi jejak kakak kandung yang pernah jadi pembawa baki

Petugas Paskibraka tingkat Provinsi Sumsel dalam upacara HUT RI ke-75 di Griya Agung Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ia bercerita, tak mudah untuk bergabung menjadi anggota Paskibraka Sumsel. Perempuan yang masih bersekolah di SMA Xaverius 1 Lubuk Linggau ini mengatakan, dirinya harus bersaing dengan rekan-rekan lain menuju ke tingkat provinsi.

Bagi perempuan kelahiran 23 Oktober 2004 itu, menjadi Paskibraka adalah langkah awal menggapai cita-cita sebagai Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia. Bahkan sejak di bangku SMP, ia rutin mengikuti latihan baris-berbaris dan aktif dalam organisasi paskibra di sekolah.

"Selain itu karena saya terinspirasi dari kakak kandung saya, Sheren Valentia. Dia juga pembawa baki Paskibraka Sumsel tahun 2017," ungkap dia.

2. Sebut anggota paskibraka Sumsel saling rangkul

Petugas Paskibraka tingkat Provinsi Sumsel dalam upacara HUT RI ke-75 di Griya Agung Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Pandemik COVID-19 membuat semua anggota paskibraka di Sumsel hanya merasakan pengalaman karantina selama enam hari sejak 11 Agustus 2020. Namun hal paling berkesan ketika bersama mengikuti latihan tanpa rasa lelah.

"Mereka (rekan-rekan) justru saling merangkul, tidak ada saling menjauhkan. Saat latihan dan karantina diajarkan bersatu," kata Kellin.

Anak dari pasangan Liu Senglai dan Fitri Komarudin ini berpesan, menjadi paskibraka memang mesti mempunyai fisik yang bugar. Sehingga stamina ketika di lapangan tidak mudah luntur.

Kendati ada rasa kecewa lantaran tidak masuk formasi pengibar bendera merah putih, namun dirinya mengaku tetap bahagia karena bisa meraih apa yang ia impikan, menjadi anggota Paskibraka Sumel.

Baca Juga: Intip Menu Makanan Paskibraka Sumsel, Tinggi Protein dan Gizi Seimbang

3. Kekompakan jadi momen paling berkesan bagi anggota paskibraka

Petugas Pengibar Paskibraka Sumsel di Griya Agung, Wiliaz Chelsea Shaqilla (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Wiliaz Chelsea Shaqilla, Muhammad Rivaldo, dan Hilman Djayanegara, yang bertugas sebagai petugas pengibar bendera merah putih di Griya Agung Palembang tahun 2020, mengungkapkan momen paling berkesan datang dari kekompakan dan semangat rasa persatuan.

"Karena sudah 10 tahun tidak mengirimkan paskibraka ke tingkat provinsi. Rasanya bangga, walaupun ada sedikit kecewa karema formasi yang tidak lengkap," ujar Wiliaz Chelsea Shaqilla, pembawa bendera merah putih, petugas Paskibraka Sumsel tahun 2020.

Lahir pada 8 Desember 2004 dan berasal SMA Negeri 1 Talang Kelapa, Banyuasin, ia mengungkap motivasi ikut seleksi paskibraka karena dorongan keluarga dan terinspirasi dari paskibraka tingkat nasional yang biasa ia saksikan di layar kaca.

"Sepupu juga ada (anggota paskibraka). Kalau di sekolah saya sudah 10 tahun tidak mengirim ke provinsi. Seleksinya kemarin dari sekolah, terus ke kecamatan dan berakhir ke Provinsi," timpal anak bungsu dari ayah yang berprofesi sebagai mekanik itu.

Baca Juga: 4 Syarat Menjadi Paskibraka Sumsel, Tak Cuma Fisik yang Kuat!

Berita Terkini Lainnya