Mengenal Lokasi Ekstrem Jatuhnya Helikopter Kapolda Jambi

Jambi, IDN Times - Upaya evakuasi terhadap Kapolda Jambi, Irjen Pol Rusdi Hartono dan rombongan karena kecelakaan helikopter di hutan Desa Tamiai memasuki hari ketiga, Srlasa (21/2/2023).
Enam helikopter kini sudah standby untuk melakukan evakuasi. Namun selalu gagal karena kondisi cuaca ekstrem yang tidak bisa diprediksi di lokasi hutan Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci.
Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Mulia Prianto mengatakan, sejak pagi sudah dua kali upaya evakuasi dilakukan. Namun sampai siang masih belum membuahkan hasil.
Pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB, helikopter Baharkam Polri terbang menuju lokasi. Namun kembali ke Posko Merangin karena cuaca berkabut.
Pada pukul 09.00 WIB, helikopter Baharkam Polri yang dilengkapi peralatan hoise juga terbang ke lokasi. Tetap saja tim evakuasi tidak bisa menurunkan peralatan karena lokasi yang tertutup kabut.
"Saat ini kesulitan terbesar kita dalam evakuasi yaitu faktor cuaca yang sulit diprediksi dan selalu berubah-ubah, jadi kita lagi menunggu," kata Mulia, Selasa (21/2/2023).
Sudah 50 jam rombongan Kapolda Jambi berada di hutan Bukit Tamiai. Hasil komunikasi tim Posko dengan para korban, kondisi Kapolda Jambi dan delapan orang korban lainnya masih dalam kondisi baik.
Sudah dua kali tim SAR melalui helikopter mengirimkan logistik berupa makanan, air bersih, obat-obatan, dan peralatan yang dibutuhkan.
Kabid Humas Polda Jambi mengatakan, sudah ada sekitar 30 orang tim SAR gabungan yang mendampingi para korban. Termasuk dua orang petugas medis dari Dokkes Polda Jambi.
"Saat ini lagi memberikan pertolongan medis kepada Kapolda Jambi dan rombongannya. Namun belum bisa dievakuasi karena faktor cuaca selalu berubah yaitu berkabut di lokasi tersebut," ujarnya.
1. Cuaca ekstrem yang tak bisa diprediksi

Kondisi cuaca ekstrem di Bukit Tamiai sulit diprediksi, hal ini yang membuat tim kesulitan melakukan evakuasi. Manca, Kasi Operasional Basarnas Jambi mengatakan, beberapa kali upaya evakuasi selalu terkendala cuaca yang datang secara tiba-tiba.
Seperti pada upaya evakuasi yang dilakukan pada Senin (20/2/2023) kemarin. Kata Manca, tim mendapat laporan dari BMKG bahwa jarak pandang di lokasi jatuhnya helikopter rombongan Kapolda Jambi hanya 10 kilometer.
"Tim terbang ke sana dengan peralatan Hoise, tapi ketika sampai kabut dibawa angin datang. Kita tidak bisa evakuasi dan akhirnya kembali," kata Manca.
Dengan kondisi kabut dan angin, terkadang disertai hujan kata Manca, terlalu berisiko untuk melakukan evakuasi.
"Kondisinya kalau sudah berkabut dari atas tidak kelihatan. Kemampuan terbang helikopter cuma bisa sampai di atas 30 meter," katanya.
2. Bukit Tamiai, Janting Hutan Tropis Sumatera

Lokasi rombongan Kapolda Jambi merupakan hutan primer dengan vegetasi tutupan hutan yang padat dengan pepohonan besar. Areal ini berada di zona inti TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat). Pada malam hari, suhu minimun di kawasan ini bisa mencapai 17 derajat celsius.
Kawasan ini termasuk hutan tropis berada pada bentang Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Kelembaban tinggi dengan rata-rata curah hujan mencapai 2. 991 mm.
Bukit Tamiai ditandai dengan kontur wilayah perbukitan dengan kemiringan 60 hingga 30 derajat. Lokasinya berada pada ketinggian 200- 3.805 mdpl. Kawasan TNKS terdiri dari 30 bukit dan gunung.
“Lokasi wilayah helikopter mendarat darurat terletak di hutan lebat dengan kontur perbukitan,” kata Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat Wilayah I, Nur Hamidi, Senin (20/2/2023) malam.
Dengan vegetasi hutan lebat, rata-rata ketinggian pohon mencapai 50 meter. Kawasan ini juga dihuni satwa liar, termasuk hewan yang dilindungi dan terancam punah hidup di sana.
Bagi masyarakat setempat, hutan lokasi rombongan Kapolda Jambi berada dikenal sebagai hutan keramat. Sangat jarang warga desa masuk ke kawasan tersebut karena kondisi hutan yang sulit ditembus manusia.
3. Imbo Sako di mata penduduk desa
Bagi warga Desa Tamiai, Bukit Tamiai dikenal dengan nama "Imbo Sako". Mukhri Soni, Depati Muaro Langkap mengatakan, hutan tersebut dikenal ekstrem. Selain cuaca yang berkabut dan sulit memprediksi kapan kabut tebal dan hujan datang.
Salah satunya adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Warga sekitar desa mengenalnya dengan sebutan Datuk. Lokasi di mana Kapolda Jambi dan rombongan menurut Mukhri Soni, butuh waktu tujuh jam sampai satu hari tergantung kondisi cuaca.
"Hutan lebat sulit diakses. Kalau tidak tahu kondisi bisa lebih lama masuk ke sana," katanya.
Untuk jalur evakuasi yang paling memungkimkan melalui jalur udara. Karena kondisi hutan lebat berbukit dan belum pernah dijamah manusia.
“Saya kira dalam keadaan darurat, pohon harus ditebang untuk helikopter mendarat. Sehingga evakuasi terhadap korban bisa dilakukan,” kata Soni.
Meski sejauh ini warga tidak dilibatkan, warga desa kata Soni sudah mengirimkan para pemuda saat tim SAR menempuh jalur darat menuju lokasi helikopter terjatuh.
Warga juga sudah membantu tim membuat posko di Desa Tamiai, membersihkan areal agar supaya helikopter bisa mendarat dengan aman.