20 Tahun jadi Kabupaten, Mentawai Masih Gunakan Diesel untuk Listrik

- Biaya energi listrik di Mentawai masih mahal karena masih menggunakan sumber diesel
- Pemerintah Sumatra Barat belum menyelesaikan permasalahan energi listrik di daerah tersebut
- Rencana pembangunan energi terbarukan seperti energi ombak atau surya sedang dipertimbangkan untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai
Padang, IDN Times - Meski telah dinyatakan keluar dari daerah tertinggal, Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terletak di lepas pantai barat Pulau Sumatra masih mengalami kesulitan energi hingga saat ini.
"Memang untuk daerah Mentawai biaya energi listrik masih cukup mahal. Karena sumber energi listrik di daerah tersebut masih berupa diesel," kata Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, saat diwawancarai Jumat (30/5/2025), usai pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Pasaman di Kota Padang.
1. Masalah energi listrik di Mentawai yang belum tuntas

Meski sudah menjadi kabupaten sejak 20 tahun silam, Pemprov Sumatra Barat masih belum bisa menyelesaikan permasalahan energi listrik di daerah tersebut.
"Tadi pagi saya berdiskusi tentang energi listrik di Mentawai dan kami dari Pemrov berencana akan mencarikan jalan keluar terkait permasalahan tersebut," katanya.
Mahyeldi menyatakan, sampai saat ini sumber energi listrik di daerah tersebut belum mendapatkan hal yang baru seperti energi terbarukan yang sedang berkembang dewasa ini.
2. Solusi yang ditawarkan

Mahyeldi mengungkapkan, Pemprov Sumbar masih berencana untuk melakukan pembangunan energi terbarukan di daerah yang masih menjadi terdepan dan terluar itu.
"Kita rencanakan apakah nanti akan menggunakan energi ombak atau energi surya untuk di Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebut," katanya.
Ia mengungkapkan, energi yang memungkinkan untuk di wilayah tersebut hanya dua itu saja. Karena untuk pemberlakukan PLTA cukup sulit untuk dilaksanakan.
3. Biaya produksi energi di Sumbar diklaim murah

Mahyeldi mengklaim, untuk ongkos produksi energi di daerah yang ada di Sumatra Barat selain Mentawai dinilai masih sangat rendah dibanding provinsi tetangga.
"Sumatra Barat saat ini masuk dalam kategori ongkos produksi energinya itu rendah karena sudah terkoneksi dengan provinsi lain, sehingga harganya semua sama," katanya.