Tujah dan Sajam, Kebiasaan Buruk Wong Sumsel yang Wajib Dihilangkan
Membawa sajam bukan budaya, tapi kebiasaan warga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Era 80 hingga 90-an, Sumatera Selatan (Sumsel) terkenal dengan provinsi yang tingkat kriminalitasnya tinggi. Kerasnya karakter Wong Sumsel saat itu, membuat masyarakat selalu menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan senjata tajam (sajam) dan menujah (menikam) tubuh lawan hingga tak berdaya, bahkan berakhir dengan kematian.
Menyikapi era Sumsel saat itu, Gubernur Sumsel, Herman Deru menyatakan, bahwa pola pikir 'tujah' masifnya hanya terjadi di masa lalu. Sekarang kondisi sudah banyak yang berubah. Era keterbukaan informasi membuat semua bentuk kekerasan, termasuk tujah sudah dihindari masyarakat.
"Komunikasi dengan kekerasan sudah tidak laku lagi. Semakin keras, semakin ditakuti maka akan semakin kaya, itu jaman dulu. Tapi sekarang, kalau keras akan dijauhi orang. Citra Sumsel, tujah menujah sudah mulai menunjukkan penurunan," ujar Herman Der, Kamis (6/2).
1. Mindset tentang kekerasan harus terus ditanamkan pada masyarakat
Herman Deru mengungkapkan, perubahan mindset tentang kekerasan harus terus ditanamkan pada masyarakat. Apa lagi budaya membawa sajam ke mana-mana perlu disosialisasikan secara masif.
"Contohnya, masyarakat yang gak percaya diri kalau keluar tanpa membawa sajam. Nah kita harus mengubah mindset itu. Itulah pentingnya peran bupati/wali kota dan polisi. sekali-sekali perlu bantuan psikolog dalam menyadarkan masyarakat," ungkap dia.
Baca Juga: Buru Keberadaan Harun Masiku, Polda Sumsel Jalani Instruksi Kapolri