Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Siasat Pengusaha Karet Sumsel Hadapi Kebijakan Tarif 19 Persen Trump

ilustrasi pohon karet (unsplash.com/Isuru Ranasinha)
ilustrasi pohon karet (unsplash.com/Isuru Ranasinha)
Intinya sih...
  • Pengusaha karet Sumsel menyusun strategi menghadapi tarif impor 19 persen dari AS yang mulai berlaku Agustus 2025.
  • Nilai ekspor karet Sumsel meningkat 46,99 persen secara tahunan, dengan total ekspor sebanyak 264.083 ton selama empat bulan pertama tahun ini.
  • Ketua Gapkindo Sumsel mendorong pemerintah agar mempercepat pengembangan industri hilir karet dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar luar negeri.

Palembang, IDN Times - Pengusaha karet Sumatra Selatan (Sumsel) yang tergabung dalam Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), mulai menyusun strategi neraca perdagangan komoditas unggulan, menghadapi potensi dampak negatif kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait aturan tarif 19 persen.

Diketahui, Presiden Trump secara eksplisit menyepakati penurunan tarif impor Indonesia dari awal 32 persen menjadi 19 persen yang efektif mulai 1 Agustus 2025. Dalam kesepakatan itu, Indonesia disebut memperoleh imbalan seperti non hambatan terhadap impor produk pertanian.

1. Sumsel jadi wilayah terbesar penghasil karet untuk AS

ilustrasi petani karet (unsplash.com/Le Trung)
ilustrasi petani karet (unsplash.com/Le Trung)

Namun dilihat berdasarkan data dan riwayat pengiriman komoditas unggulan, Sumsel merupakan salah satu provinsi Tanah Air penghasil karet terbesar dan dengan kontribusi signifikan, komoditas ini menyumbang nilai ekspor nasional. Produk karet dari Sumsel, sebagian besar dikirim ke negara-negara tujuan utama seperti Tiongkok, Jepang, AS, dan negara-negara Eropa.

Situasi tersebut, tentu memicu pergerakan harga, nilai dan aktivitas impor-ekspor Sumsel ke negara penguasa, wewenang Presiden Donal Trump. Belum lagi dari sisi potensi menimbulkan implikasi atau akibat terhadap ekonomi dan hukum di Indonesia. 

Menurut Ketua Gapkindo Sumsel, Alex K. Eddy, antisipasi terkena efek negatif dari kebijakan AS, pengusaha karet harus mempertahankan harga jual tinggi. Karena, nilai karet yang tinggi jadi penopang dan alat dongkrak hasil produksi karet meningkat. 

Apabila harga karet naik di pasar global, secara otomatis petani semangat menambah hasil produksi dan situasi ini mendorong pasokan karet dari daerah sentra, seperti Sumsel, kembali menggeliat setelah sebelumnya sempat melambat.

“Berdasarkan data Gabungan Sumsel, nilai ekspor karet periode Januari-April 2025 mencapai 690,445 juta Dolar AS atau melonjak 46,99 persen secara tahunan (year on year),” katanya

2. Gapkindo mewaspadai perdagangan karet tak hanya bergantung pada ekspor

ilustrasi pohon karet (freepik.com/jcomp)
ilustrasi pohon karet (freepik.com/jcomp)

Sementara secara volume, total ekspor karet dari Sumsel selama empat bulan pertama tahun ini tercatat sebanyak 264.083 ton, dengan rincian ekspor Januari sebesar 62.354 ton, Februari 71.843 ton, Maret 66.754 ton, dan April 63.132 ton.

Alex menyampaikan, permintaan terhadap karet Sumsel sejauh ini masih stabil, seiring kebutuhan industri otomotif dan manufaktur global. Namun, ia mewaspadai agar karet tidak ketergantungan pada pasar ekspor yang membuat industri karet nasional rentan terhadap gejolak eksternal.

“Tren permintaan memang masih cukup baik, tapi kita tidak bisa mengabaikan risiko penurunan harga akibat dinamika geopolitik global dan arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang tidak bisa diprediksi,” jelas dia.

3. Permintaan karet Sumsel diprediksi masih stabil

ilustrasi pohon karet (unsplash.com/Isuru Ranasinha)
ilustrasi pohon karet (unsplash.com/Isuru Ranasinha)

Maka itu, lanjut Alex, Gapkindo mendorong pemerintah agar mempercepat pengembangan industri hilir karet dalam negeri sebagai langkah strategis mengurangi ketergantungan terhadap pasar luar negeri. Menurut dia, penguatan konsumsi domestik melalui hilirisasi tidak hanya akan menciptakan nilai tambah, tetapi juga memperkuat ketahanan industri karet nasional.

“Saatnya pemerintah serius memikirkan peningkatan konsumsi domestik karet melalui program hilirisasi. Ini akan membantu melepaskan ketergantungan yang selama ini terlalu besar pada ekspor,” katanya.

Sementara dari prediksi Bank Indonesia, permintaan terhadap komoditas karet Sumsel masih relatif aman di tengah kebijakan tarif impor 19 persen dari Amerika Serikat untuk Indonesia. 

“Dari sisi komoditas, karet menjadi komoditas yang diperkirakan terdampak (kebijakan tarif), namun secara struktural pasar karet Sumsel masih terdiversifikasi,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Bambang Pramono.

Dia merinci, karet Sumsel memang mendominasi total ekspor Sumsel ke AS, dengan besaran hingga 92,54 persen. Namun selain AS, karet Sumsel juga diekspor ke sejumlah negara. Yakni China sebesar 29,81 persen, Eropa 12,05 persen, Jepang 9,87 persen, India 8,21 persen dan negara ASEAN lainnya 1,02 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us