Harga Komoditas Unggul Lesu, Nilai Tukar Petani di Sumsel Turun

- Harga komoditas unggulan seperti karet, kelapa sawit, dan kopi kering melesu
- NTP Sumsel turun hingga 2,10 persen dipengaruhi harga cabai merah dan jagung terkoreksi tipis
- NTP sektor peternakan naik 0,15 persen, sementara NTP perkebunan rakyat minus 2,80 persen
Palembang, IDN Times - Harga komoditas unggulan di Sumatra Selatan (Sumsel) seperti karet, kelapa sawit dan kopi kering yang melesu, memengaruhi penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di bulan itu, NTP Sumsel merosot hingga 2,1 persen.
"Pada Juni (NTP) menurun berada di angka 122,38 atau lebih rendah dibanding Mei 2025 senilai 125,01," kata Kepala BPS Sumsel Moh. Wahyu Yulianto dalam keterangan rilis yang diterima, Senin (7/7/2025).
1. NTP merosot dipengaruhi harga cabai merah dan jagung terkoreksi tipis

Nilai tukar petani yang turun, lanjut Wahyu, karena indeks harga yang diterima petani (It) di angka 2,06 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,04 persen. Kemudian selain karena harga komoditas unggulan lesu, sebab NTP merosot juga dipengaruhi komoditas hortikultura seperti cabai merah dan jagung terkoreksi tipis.
"Namun, beberapa komoditas konsumsi rumah tangga justru mengalami kenaikan harga," jelasnya.
2. NTP sektor peternakan naik 0,15 persen

Wahyu merinci, meski secara akumulasi NTP Sumsel turun, tetapi kelompok komponen biaya produksi dan penambahan barang modal, termasuk upah pemanenan, upah pemangkasan, cuka getah, wadah penampung getah karet, serta penggunaan herbisida menyumbang tren positif NTP Sumsel.
"Dari lima subsektor pertanian, hanya dua yang mencatatkan kinerja positif. Tanaman pangan, NTP naik 0,60 persen menjadi 101,56 dan peternakan naik 0,15 persen menjadi 103,58," kata dia.
3. NTP perkebunan rakyat minus 2,80 persen

Lebih detil jelasnya, dari sisi subsektor hortikultura, NTP Sumsel juga turun 3,87 persen, lalu sektor perkebunan rakyat minus 2,80 persen dan NTP sektor perikanan turun tipis 0,06 persen. Tekanan utama yang memengaruhi NTP bulan ini adalah penurunan harga komoditas unggulan.
"Tetapi pada indeks konsumsi, beras, kopi bubuk, dan ketimun semuanya tumbuh positif," jelasnya.