Jerat Judi Online Intai Remaja Palembang Hingga Rugi Ratusan Juta
Intinya Sih...
- Judi online berdampak luas bagi masyarakat, banyak yang harus menjual harta akibat kalah.
- Tak adanya regulasi dan pembatasan akses ke situs judi online membuat banyak masyarakat terlena untuk mengadu nasib.
- Seorang pria di Palembang terlilit utang hingga ratusan juta akibat kalah judi online, bahkan mencoba mengembalikan modal dengan pinjaman online.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Judi online memiliki dampak luas bagi kehidupan sosial masyarakat. Tak jarang para pemain judi harus menjual dan menggadaikan harta bendanya akibat kalah dalam bermain judi.
Tak adanya regulasi dan pembatasan akses ke situs judi online membuat banyak masyarakat terlena untuk mengadu nasib. Banyak orang akhirnya merugi hingga ratusan juta.
Di Palembang, seorang pria berinisial JA (27), harus mengalami kerugian hingga ratusan juta akibat kalah judi. Kondisi itu membuat dirinya terlilit banyak utang dan harus gali lobang tutup lobang untuk menutupi kekalahan tersebut.
"Saya sudah kalah banyak akibat judi online. Semua karena keinginan untuk menang membuat saya terpancing untuk terus menambah taruhan," ungkap JA kepada IDN Times, Sabtu (29/6/2024).
Baca Juga: Kapolda Sumbar Akui Ada Kesalahan SOP Terkait Kematian Afif Maulana
1. Dari kecil-kecilan hingga rugi ratusan juta
JA tak menyangka uang yang seharusnya digunakannya untuk modal berbisnis habis tak bersisa. Dirinya harus bekerja secara serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anaknya.
Dirinya bercerita, awal mengenal judi online merupakan keisengan untuk mengisi waktu. Lama-lama, dirinya makin tergiur memperoleh uang dengan cara instan.
"Dari main kecil-kecilan hingga tergiur mempertaruhkan semua. Awalnya dikasih menang terus-terusan, dari yang tadi hanya deposit ratusan ribu naik jadi jutaan rupiah," beber dia.
Dirinya menyebut kerap berspekulasi dalam permainan. Dari permainan untuk mengisi waktu luang kini dijadikan bagian pencarian uang. Dirinya pun jadi ketergantungan untuk selalu berjudi dari waktu ke waktu.
"Modal Rp500.000 menang sampai Rp20 juta. Dari sana saya jadi yakin ketika itu bisa terus menang. Saya pun terpancing untuk memainkan uang bisnis yang saya punya untuk dipertaruhkan dengan harapan menang lebih besar," jelas dia.
Baca Juga: Identitas Mayat Perempuan di Kebun Karet OKU Timur Ternyata Masih SMA
2. Bermain judi jadi harapan
Nafsu untuk mememangkan judi membuat JA harus gigit jari. Dirinya perlahan kehilangan uangnya dikit demi sedikit. Uang bisnis mulai tersisih oleh kekalahan hingga membuatnya semakin nekat mempertaruhkan sisa uang yang ada.
Dirinya mengaku tahu bahwa kemungkinan menang sudah tidak ada. Namun, banyaknya modal yang sudah keluar membuat dirinya tambah menutup mata dengan harapan bisa mengembalikan modal tersebut.
"Semakin lama uang yang saya punya habis. Saya habis sekitar Rp200 juta hanya karena judi online. Saya baru menyesal setelah semuanya habis," jelas dia.
Kekalahan itu bukan membuatnya berhenti. Setiap mendapatkan uang, dirinya selalu berpikir untuk mengembalikan uang yang ada lewat cara berjudi.
"Baru lah setelah semua barang digadaikan dan dijual saya terpikir kesalahan yang sudah saya lakukan. Tetapi, hal itu gak bisa merubah apa-apa," jelas dia.
3. Terjebak pinjol karena judi online
Kekalahan akibat judi online membuat JA mulai masuk ke masalah baru. Karena uang yang seharusnya digunakan untuk berbisnis habis dirinya harus mencari cara lain untuk menafkahi keluarga. Dari situ, dirinya mulai terjebak di pinjaman online (Pinjol)
Seperti halnya judi online, pinjol juga menawarkan uang secara instan. Dari sana dirinya mulai mengajukan peminjaman dari satu aplikasi ke aplikasi lain mulai dari yang resmi hingga yang tak terdaftar di OJK.
"Pinjol juga menambah beban baru. Saya terpaksa gali lobang tutup lobang untuk menutupi kekalahan. Istri saya tahunya saya berbisnis jadi tidak tahu kalau saya sebenarnya banyak menelan kekalahan," jelas dia.
Bahkan, dirinya juga masih tergoda untuk bermain judi online setelah mendapat pinjol. Kondisi itu semakin membuat dirinya kalah semakin jauh.
"Godaan untuk cari uang lagi (Judi), bagaimana uang itu bisa kembali. Saya juga harus pinjam ke kiri dan kanan, mulai dari saudara, teman saya pinjam," jelas dia.
4. Judi online sebabkan orang putus asa
Akibat dua permasalahan tersebut JA pun mengaku sempat putus asa akibat kehilangan uang dan utang yang menumpuk. Dirinya bahkan kerap diteror oleh pinjol karena tak kunjung bisa membayar uang pinjaman.
"Saya hampir putus asa, lelah hati, lelah pikiran. Sekarang bagaimana saya mulai menata hidup lagi," jelas dia.
5. Judi sempat marak di Palembang hingga tahun 2000-an awal
Judi bukan lah hal baru bagi masyarakat Palembang. Permainan ini bahkan sudah lama menjadi penyakit masyarakat. Sejatinya praktik judi sempat dilegalisasi oleh pemerintah pada tahun 1960-an lewat sistem undian berhadiah.
Lalu pada 1990-an hingga 2000-an awal praktek judi kembali marak lewat Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB) berkedok lotre dan rumah perjudian.
Kisah ini dibagikan Jurnalis Senior di Palembang saat judi kian marak di awal tahun 2.000-an. Praktek judi saat itu terlokalisir dibeberapa tempat seperti wilayah Taksam, Perintis Kemerdekaan, dan Sayangan yang berada di Palembang.
Saat itu, rumah judi menjadi hal lumrah. Hanya saja, mereka yang dapat mengakses tempat judi tersebut terbatas bagi mereka yang memiliki uang. Praktek rumah judi tersebut mulai redup pasca terjadi penggerebekan yang dilakukan Polres Palembang.
"Kalau dikatakan dulu legal tidak juga. Memang dulu orang tahu kalau mau judi harus kemana," ujar dia.
Rumah judi yang sebelumnya terolalisir diberbagai tempat mulai redup. Rumah judi tersebut pun harus kucing-kucingan dan tak lagi eksis secara terbuka. Pada tahun 2017 silam polisi bahkan menggerebek tempat berjudian berkedok permainan di salah satu Mall di Palembang.
"Saat ini dampak sosial akibat judi meluas setelah adanya judi online. Jika dulu hanya kalangan tertentu yang memiliki uang, saat ini masyarakat kalangan bawah pun bisa mengakses judi online lewat gawai," tutup dia.