Harga Karet Murah, Petani Lesu dan Pabrik di Sumsel Setop Operasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Dua tahun belakangan ini petani karet di Sumatera Selatan (Sumsel) terus mengeluhkan harga yang tak kunjung naik. Hal ini berpengaruh pada pabrik pengolahan yang kehilangan bahan setengah jadi.
"Hingga saat ini harga karet belum ada peningkatan, sehingga para petani malas untuk memanen hasil karetnya," ungkap Asisten Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Nur Ahmadi, Kamis (12/12).
1. Pasokan karet dari petani menurun, sejumlah pabrik karet berhenti beroperasi
Nur Ahmadi menjelaskan, dampak dari tak kunjung naiknya harga getah ini membuat kiriman karet setengah jadi dari petani juga menurun. Normalnya karet yang masuk ke pabrik mencapai 100 truk, namun sekarang hanya 20 hingga 30 truk per harinya.
"Kondisi ini menyebabkan beberapa pabrik pengelolaan karet berhenti beroperasi, sementara saat suplai karet atau bahan baku tidak cukup," jelas dia.
2. Pengiriman karet setengah jadi dari petani ke pabrik untuk tahun 2019 ini merosot sebanyak 15 persen
Ahmadi mengungkapkan, berkaca dari tahun sebelumnya, kondisi pengiriman karet setengah jadi dari petani ke pabrik merosot sebanyak 15 persen. Artinya tahun 2019 ini hanya mencapai 850.000 ton dari 1 juta ton pada tahun 2018.
Ahmadi melihat, faktor penyakit tanaman dan iklim turut berdampak pada lesunya bisnis karet. Bila kondisi ini terus-terusan, pihaknya takut akan memperburuk kondisi pabrik karet.
"Saat ini belum ada pabrik karet yang tutup, hanya saja kekurangan pasokan sangat berdampak. Mudah-mudahan tahun 2020 kondisi ini segera membaik," kata dia.
Baca Juga: Wabah Gugur Daun di Klaim Penyebab Turunnya Produksi Karet Sumsel
3. Masalah dari hulu ke hilir menggerogoti kondisi ekspor karet Sumsel
Sementara, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Yunita Resmi Sari menilai, sangat menyayangkan kondisi seperti ini. Karena, karet pada tahun 2018 lalu sempat menjadi komoditas ekspor Sumsel dengan pangsa pasar 37,69 persen. Hanya saja, seiring waktu permasalahan di hulu dan hilir ini dapat menggerogoti kondisi ekspor karet Sumsel.
"Kedepannya perlu ada perbaikan pada sisi hulu untuk peningkatan produktivitas dan peningkatan nilai tambah yang berbasiskan dengan hilirisasi industri," tandas dia.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini
http://onelink.to/s2mwkb