TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tolak Aktivitas Batu Bara, Warga Perbatasan Muba Bakar Kendaraan

Perusahaan dinilai abai terhadap penolakan warga

(Suasana ricuh penolakan aktivitas batubara di perbatasan Banyuasin-Muba) IDN Times/istimewa

Banyuasin, IDN Times - Kericuhan terjadi saat aksi penolakan tambang batu bara di perbatasan Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin (Muba), tepatnya di Desa Paldas, Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin dengan Tanjung Agung Barat, Muba, Jumat (1/9/2023) sekitar pukul 16.00 WIB. 

Kericuhan semakin mencekam saat beberapa kendaraan operasional dibakar warga. Aksi tersebut dipicu karena penolakan warga Desa Paldas terhadap pembuatan akses jalan menuju perusahaan batu bara PT Basin Coal Mining beberapa waktu lalu diabaikan oleh pihak perusahaan.

Baca Juga: Polda Sumsel Tangkap 2 Sopir Mengangkut 50 Ton Batu Bara Ilegal 

Baca Juga: Warga Merapi Area Lahat Protes Polusi Batu Bara Timbulkan ISPA

1. Warga desa emosi karena diabaikan perusahaan

(Suasana ricuh penolakan aktivitas batubara di perbatasan Banyuasin-Muba) IDN Times/istimewa

Camat Rantau Bayur ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian itu. Warga Desa Paldas katanya tersulut emosi melihat perusahaan acuh dan masih terus membangun jalan untuk operasional batu bara.

"Kita dari Pemerintah Kecamatan bersama instansi terkait telah berupaya mengatasi hal itu," ujarnya.

2. Warga menolak akses jalan batu bara

(Suasana ricuh penolakan aktivitas batubara di perbatasan Banyuasin-Muba) IDN Times/istimewa

Ia menjelaskan, warga menilai operasional perusahaan tambang batu bara belum memiliki perizinan lengkap. Selain itu, pembuatan jalan membuat ekosistem lingkungan menjadi rusak, seperti sawah menjadi gagal panen dan lainnya. 

"Aksi itu spontan. Sempat terjadi kericuhan karena penolakan warga Desa Paldas terhadap pembuatan akses jalan menuju perusahaan batu bara," ungkapnya.

3. Perusahaan dituding merusak ekosistem lingkungan

(Suasana ricuh penolakan aktivitas batubara di perbatasan Banyuasin-Muba) IDN Times/istimewa

Warga juga meminta aktivitas batu bara stop sementara, karena perizinan seperti AMDAL dan sebagainya belum lengkap. Apalagi sampai merusak merusak ekosistem lingkungan di sekitar desa. 

"Tapi pihak perusahaan tetap ngeyel dan tetap membuat jalan untuk operasional tambang. Untuk sementara waktu situasi sudah kondusif," terangnya.

Baca Juga: Raperda Angkutan Batu Bara Mandek, Palembang Kehilangan Rp150 Miliar

Berita Terkini Lainnya