Mengenal Tindakan SHK pada Bayi Untuk Mengetahui Kadar Tiroid

Darah diambil di tumit bayi usia 48 jam hingga 2 minggu

Ogan Ilir, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencanangkan program SHK, Skrining Hipotiroid Kongenital sejak tahun lalu. Program ini menyasar bayi baru lahir minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu.

SHK dijalankan untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan penderita. SHK dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Faskes).

Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium. Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental, dan kognitif.

Kematian seorang bayi Aisah, warga Dusun I Desa Belanti, Kecamatan Tanjung Raja, Ogan Ilir, Sumsel, dikaitkan dengan program SHK pada Agustus lalu. Ibu korban menegaskan jika anaknya meninggal setelah disuntik. Hingga kini, kematian bayi yang baru dilahirkan itu masih dalam penyidikan pihak kepolisian.

Baca Juga: Bayi Meninggal Usai Diambil Darah, Bidan Desa Dilaporkan ke Polisi

1. Program Kemenkes untuk seluruh faskes di Indonesia

Mengenal Tindakan SHK pada Bayi Untuk Mengetahui Kadar Tiroidilustrasi bayi (unsplash.com/Andriyko Podilnyk)

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Ogan Ilir, Hendra Kudeta mengatakan, pihaknya membenarkan jika Bidan tersebut mengambil tindakan SHK terhadap bayi bernama Agustin.

"Program ini diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan dan dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: APS Selebgram Palembang Disebut Cuci Uang Hasil Jual Narkoba

2. Sampel darah diambil dari tumit kaki bayi

Mengenal Tindakan SHK pada Bayi Untuk Mengetahui Kadar Tiroidhttps://pixnio.com/id/orang/kulit-tangan-jari-bayi-bayi

Pemeriksaan SHK harus dilakukan kepada semua bayi yang baru lahir untuk memilah bayi potensi menderita Hipotiroid Kongenital (HK), serta bayi yang bukan penderita.

"Dalam pelaksanaanya, SHK dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan," ungkapnya.

3. Sosialisasi secara bertahap termasuk di Sumsel

Mengenal Tindakan SHK pada Bayi Untuk Mengetahui Kadar Tiroidilustrasi bayi (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Darah yang diambil akan diperiksa. Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan. 

“Karena setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Dengan begitu, kita tahu jika kadar tiroidnya rendah bisa langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal," terangnya.

Sejak diluncurkan tahun lalu, SHK secara bertahap disosialisasikan dan mulai dijalankan ke setiap wilayah, termasuk Sumsel. Kemenkes sudah gencar mengimbau kepada para orangtua yang baru memiliki bayi baru lahir untuk dilakukan tindakan SHK.

4. Dinkes klaim tindakan Bidan YE sudah tepat

Mengenal Tindakan SHK pada Bayi Untuk Mengetahui Kadar Tiroidilustrasi bayi (unsplash.com/Chiến Phạm)

Terkait adanya kasus bayi meninggal usai diambil tindakan tersebut, Hendra menambahkan jika yang dilakukan oleh Bidan YE sudah sesuai prosedur. Mengenai kondisi bayi yang drop dan mengeluarkan banyak darah usai SHK, Hendra menyebut bahwa bayi itu mengalami aspirasi.

"Memang ada keluar darah dari tumit, tapi tidak banyak. Kemudian kondisi bayinya kena aspirasi, sesak napas, tapi setelah dicek di rumah sakit," ungkapnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter menyimpulkan bahwa bayi itu diduga telah diberi makan pisang. Meski orangtua bayi membantah jika pihaknya memberi makan pisang.

"Setelah diperiksa dokter penyakit dalam, keluarlah berbentuk cairan dan gumpalan kuning," tutupnya.

Baca Juga: Karhutla Semakin Masif, Warga Palembang Mulai Rasakan Bau Asap 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya