TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sungai Kelekar Tercemar Minyak 2 Km, WALHI Sebut Pertamina Lalai

Walhi Sumsel mencatat peristiwa tersebut bukan yang pertama

(Kondisi sungai Kelekar yang tercemar minyak mentah dari Pertamina beberapa waktu lalu) IDN Times/istimewa

Prabumulih, IDN Times - Tumpahan minyak mentah milik  Pertamina Rokan Hulu Zona 4 sepanjang 2 kilometer di Sungai Kelekar Prabumulih, membuat lingkungan rusak hingga  sungai tersebut tak layak konsumsi.

Tumpahan minyak mentah diakibatkan oleh pipa-pipa Pertamina yang sudah keropos, sehingga minyak mentah bocor dan mengalir ke aliran sungai.

Baca Juga: Usai Cemari Sungai Kelekar, Minyak Pertamina Merembet ke Sumur Warga

Baca Juga: Tumpahan Minyak dari Pipa Pertamina Cemari Sungai Kelekar Prabumulih

1. Gumpalan minyak tak hilang meski diguyur hujan

(Kondisi sungai Kelekar yang tercemar minyak mentah dari Pertamina beberapa waktu lalu) IDN Times/istimewa

Kelalaian Pertamina disorot keras oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumsel. Manajer Kampanye WALHI Sumsel, Febrian Putra Sopah mengatakan, mereka menginvestigasi dan mengecek langsung keadaan Sungai Kelekar, Minggu (9/7/23) kemarin.

"WALHI Sumsel sudah menginvestigasi dan melihat langsung kebocoran pipa Pertamina hingga mencemari aliran sungai sejauh 2 kilometer," ujarnya, Jumat (14/7/2023).

Meski hujan deras, namun minyak mentah berwarna hitam tetap menggumpal dengan air sungai. Tumpahan  minyak tidak dapat dihilangkan dalam waktu singkat.

"Limbah minyak itu akan naik dan menyebar lebih luas. Meskipun sudah diguyur hujan deras, tapi tetap terlihat jelas bahkan kekentalannya itu masih utuh," tuturnya.

2. Sungai Kelekar sudah tercemar cukup lama

(Kondisi sungai Kelekar yang tercemar minyak mentah dari Pertamina beberapa waktu lalu) IDN Times/istimewa

Febri menjelaskan jika peristiwa tersebut bukan pertama kalinya terjadi. WALHI Sumsel pernah melakukan advokasi kepada Pertamina pada 2000. Menurutnya tak heran jika Sungai Kelekar tidak layak lagi untuk diolah masyarakat.

"Ini bukan pertama kalinya, terus terjadi dan berulang. Apalagi kaitannya dengan Sungai Kelekar yang sering tercemar ini, kami punya sejarah cukup panjang terhadap lokasi tersebut," jelasnya.

Kasus seperti ini menurut Febri bukan hanya persoalan lingkungan saja. Namun lebih kepada ketegasan yang dimiliki oleh perusahaan plat merah tersebut.

"WALHI melihat fakta-fakta seperti ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang gampang untuk dimaklumi. Kita tidak semudah itu melihat konteks kejadian ini, tetapi yang lebih luas atau lebih substansi dari fakta kejadian," ungkapnya.

3. Pertamina seharusnya punya SOP pengawasan berkala

(Kondisi sungai Kelekar yang tercemar minyak mentah dari Pertamina beberapa waktu lalu) IDN Times/istimewa

Manajemen Pertamina harus bertanggung jawab untuk merestrukturisasi sumber daya yang ada di Pertamina. Terutama di zona 4 sebagai bentuk tanggung jawab, karena santunan dengan sembako kepada warga dirasa tidak cukup.

"Kita meyakini kenapa ini perlu diaudit ulang. Apakah Standar Operasional Pekerja (SOP) berjalan? Kemudian fungsi maintenance terhadap teknologi yang dibangun oleh Pertamina itu layak atau tidak?" tanyanya.

Menurutnya lagi, Pertamina seharusnya punya SOP pengawasan berkala tiap bulan atau emam bulan sekali. Namun pengawasan terhadap internal tak juga maksimal dijalankan.

"Fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh Pertamina ini tidak ada. Seharusnya mereka tahu bahwa pipa ini layak diganti berapa tahun sekali, sehingga tidak ada kejadian yang seperti ini," tegasnya.

Baca Juga: Kasus Tumpahan Minyak Montara, RI Siapkan Gugatan Perdata

Berita Terkini Lainnya