TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Walhi Sumsel Protes Rencana Pembangunan di Pulau Kemaro

Stafsus Wali Kota bantah pembangunan akan merusak pulau

Pulau Kemaro Palembang akan disulap pantai buatan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup Sumatra Selatan (Walhi Sumsel) menentang langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, yang berencana membangun Pulau Kemaro menjadi destinasi wisata baru.

Pembangunan di pulau seluar 79 hektare (ha) itu dikhawatirkan akan merusak ekologis dan keragaman sosial budaya, serta sejarah masyarakat pulau tersebut dan sekitarnya.

"Apa lagi rencana ini ditujukan untuk membangun pantai buatan dan mewujudkan destinasi layaknya Taman Impian Jaya Ancol. Pembangunan ini berpotensi merusak daerah resapan air di daerah aliran Sungai Musi dan mengakibatkan banjir. Lalu memicu degradasi lingkungan yang mengancam ekosistem," ungkap Pengkampanye Walhi Sumsel, Caesar Aditya, Kamis (8/4/2021).

Baca Juga: Pulau Bekas Kamp Tapol di Palembang Akan Disulap Jadi Pantai Buatan

1. Sumber penghidupan masyarakat bisa terkikis

Tanaman warga Pulau Kemaro, masyarakat Kemaro bekerja bercocok tanam dan menjadi nelayan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Pemkot Palembang sejauh ini telah membuka lahan seluas 25 ha di Pulau Kemaro. Sudah ada 10 bungalow yang berdiri. Langkah mewujudkan destinasi baru ini ditargetkan rampung pada 2023 mendatang, bahkan Pemkot tengah mencari dana sekitar Rp1,4 triliun.

"Tidak hanya dampak lingkungan, pembangunan juga akan berdampak bagi sumber-sumber penghidupan masyarakat sekitar pulau. Bagaimana tidak, masyarakat sekitar menggantungkan hidupnya dengan bertani. Karena adanya pembangunan ini, sebagian tanaman warga harus ditebang," ujar dia.

2. Pulau Kemaro sebagai daerah penghasil pangan di Palembang

Bekas peninggalan di Pulau Kemaro Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Aditya menambahkan, perencanaan berbasis infrastruktur oleh Pemkot justru menimbulkan kesan bahwa pengembangan pariwisata di sana karena logika proyek ketimbang studi yang layak. Wilayah yang identik dengan nilai sejarah dan budaya kata Aditya, harusnya dapat dikelola dengan cara yang lebih memerhatikan aspek kearifan lokal.

"Pulau Kemaro merupakan wilayah penghasil pangan dengan luas lahan 8 ha. Jelas arah pembangunan ini hanya ditujukan ke pihak swasta selaku investor. Sedangkan masyarakat setempat akan kehilangan aset produksi dan konsumsi warga," jelas dia.

3. Pembangunan akan merusak nilai historis pulau

Bekas peninggalan di Pulau Kemaro Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Walhi Sumsel berharap, pPemkot Palembang merevisi keinginan pembangunan destinasi wisata yang dianggap tidak masuk akal. Menurutnya, Pulau Kemaro justru memiliki potensi wisata yang mumpuni dengan segala orisinalitasnya.

Pemerintah pun diminta lebih memerhatikan bagaimana mengembangkan potensi yang melibatkan aktivitas masyarakat lokal, sehingga menjadi daya tarik baru bagi pengembangan wisata.

"Bukan dengan melakukan pembangunan yang justru merusak nilai historis dan menggerus harapan ke depan pulau tersebut," tutur dia.

Baca Juga: Palembang Bikin Akses Jalur Darat ke Pulau Kemaro

Berita Terkini Lainnya