Penyelundupan Benur Diprediksi Ancam Populasi Lobster
Sumsel jadi perlintasan karena punya banyak pelabuhan tikus
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Singapura dan Vietnam masih menjadi dua negara penampung perdagangan ilegal benih lobster atau benur terbesar. Ekspor lobster yang sebelumnya sempat diperbolehkan kembali dilarang. Celah-celah ilegal inilah yang dimanfaatkan oleh jaringan penyelundupan.
Penyelundup begitu tergiur dengan harga benih lobster yang dihargai tinggi. Untuk jenis mutiara dihargai Rp150.000, sedangkan pasir Rp100.000 per ekor.
"Orang kita tertarik untuk mengekspor karena harganya lebih menjanjikan. Ada keuntungan lebih dan berlipat," ungkap Pelaksana Koordinator Pengawasan Karantina Ikan Palembang, Erick Harianto, Jumat (29/4/2022).
Baca Juga: Polda Sumsel Ungkap Penyelundupan 517.000 Benur Terbesar di Indonesia
1. Sumsel sebagai tempat perlintasan penyelundupan benur
Erick menilai, penyelundupan lobster memanfaatkan wilayah Sumsel terutama jalur sungai yang sepi. Pelabuhan-pelabuhan tikus menandakan jika wilayah Sumsel rentan untuk penyelundupan. Tercatat sudah beberapa kali penyelundupan lobster dan barang ilegal di perairan sungai.
"Memang posisi Sumsel sekarang menjadi akses keluar yang strategis. Jadi di Sumsel menumpang lewat saja, karena di sini juga tidak ada budidaya lobster," jelas dia.
Baca Juga: Bawa Benih Lobster Rp14 Miliar, Tersangka Kurir Cuma Dibayar Rp1 Juta
Baca Juga: Aman Tak Terpantau, Penyelundup Benih Lobster Pilih Jalur Sumsel