Moratorium Ekspor CPO Miskinkan 1 Juta Petani Sawit Swadaya Sumsel
Asosiasi petani sawit desak pemerintah cabut moratorium
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Sumatra Selatan (Apkasindo Sumsel) berunjuk rasa menuntut pencabutan moratorium, atau larangan sementara ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang dilakukan pemerintah pusat.
Menurut Apkasindo Sumsel, larangan ekspor CPO membuat harga jual produk Tandan Buah Segar (TBS) merosot hingga 70 persen. Padahal sebelumnya harga TBS mencapai sekitar Rp3.000 per kilogram.
“Meminta pemerintah segera mencabut larangan ekspor CPO dan turunannya. Larangan ekspor membuat petani tidak bisa menjual TBS ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS),” ungkap Wakil Ketua DPD Apkasindo Sumsel, Yunus kepada IDN Times, Selasa (17/5/2022).
Baca Juga: 1.339 Hektare Sawit Rakyat Muara Enim Diremajakan Tahun Ini
1. Bola salju moratorium ekspor CPO
Harga TBS milik petani swadaya disebut makin menurun. Kondisi ini membuat petani kebingungan karena harga penjualan tidak menutupi biaya perawatan. Banyak TBS petani yang terancam busuk dan terbuang karena tanhki CPO penuh dan pabrik kelapa sawit setop berproduksi.
“Larangan ekspor membuat banyak PKS tutup. Sudah banyak PKS menurunkan harga sehingga petani menjadi kehilangan penghasilan,” jelas dia.
Jika kondisi ini terus berlanjut, Yunus mengkhawatirkan efek domino yang merugikan. Pasalnya beberapa PKS di Indonesia tutup, dan ditakutkan menjalar hingga ke 75 PKS yang tersebar di Sumsel.
“Jika dibiarkan akan menjadi bola salju. Sumsel ada 75 pabrik sawit yang sebagian menampung hasil produksi petani swadaya,” jelas dia.
Baca Juga: Produksi Karet Sumsel Menyusut karena Petani Beralih ke Sawit
Baca Juga: Konsep Biofuel Sawit Picu Deforestasi Besar-besaran di Sumsel