TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Janji Kampenye Pilpres Amerika Pengaruhi Penurunan Harga Karet Sumsel

Harga minyak mentah dunia turun 3 persen juga jadi penyebab

Petani karet saat tengah menyadap (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Harga karet Sumatra Selatan (Sumsel) kembali mengalami penurunan harga sebesar Rp18.246, setelah sempat mengalami peningkatan di akhir Oktober lalu dengan harga tertinggi selama tahun 2020 mencapai Rp21.492.

Kondisi ini berdampak akibat pemilihan Presiden Amerika Serikat, di mana salah satu kandidat Presiden, Joe Biden, membuat rencana membuka kembali hubungan dagang dengan Iran lewat perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan Of Action (JCPOA). 

"Dengan rencana itu, maka minyak Iran akan kembali membanjiri pasokan global di tengah pengetatan pasokan minyak oleh negara pengekspor minyak, atau Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)," ungkap Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) dari Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, Selasa (3/10/2020).

Baca Juga: Harga Karet Sumsel Menguat, Pemilu Amerika Jadi Penentu

1. Kontrak harga karet 2021 diperkirakan akan terimbas

Getah Karet saat dikumpulkan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Kondisi harga karet dengan kualitas 100 persen yang sempat menguat akibat permintaan ekspor dari Amerika Serikat dan Tiongkok beberapa waktu lalu, diperkirakan tidak bertahan lama setelah harga minyak mentah dunia anjlok hingga tiga persen. Kondisi itu memicu aksi profit taking di bursa komoditas internasional.

"Untuk kontrak harga karet awal tahun 2021 rata-rata anjlok di semua bursa perdagangan internasional," jelas dia.

2. Dinas Perkebunan Sumsel berharap harga karet kembali membaik selepas pilpres

Menlu Amerika Serikat Mike Pompeo menghadiri acara dialog GP Ansor (Tangkapan layar YouTube GP Ansor)

Saat ini Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel berharap, harga karet bisa kembali naik di tengah harga minyak mentah yang rendah. Secara langsung penurunan harga minyak dunia juga membuat harga karet sintetis sangat kompetitif, sehingga permintaan karet alam akan terganggu.

"Harapan kita harga karet bisa bangkit kembali sangat bergantung pada agenda kebijakan masing-masing kandidat yang memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat," tutur dia.

Baca Juga: Muba Punya Pabrik Aspal Karet, Jalanan Sumsel Bakal Lebih Awet 

Berita Terkini Lainnya