TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2 Petinggi Demokrat Sumsel di Kisruh Internal Partai

Masa Marzuki Alie dan Opat dianggap telah habis

Mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Palembang, IDN Times - Dua nama petinggi Partai Demokrat (PD) asal Sumatra Selatan, Syofatillah Mozhaib alias Opat dan Marzuki Alie, muncul sebagai nama-nama pendukung Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).

Keduanya bahkan dipecat oleh Dewan Pimpinan Partai (DPP) kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) karena dituding melakukan kudeta, dan melanggar AD/ART sebelum Kongres Luar Biasa (KLB) dilakukan.

"Mereka berdua melakukan kekisruhan di partai ini, jadi wajar-wajar saja dipecat sampai dikeluarkan dari partai. Kalau sayang dengan partai bagaimana urun rembuk agar partai ini besar, bukan merusak dari dalam," ungkap Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Palembang, Anton Nurdin kepada IDN Times, Kamis (11/3/2021).

Baca Juga: Demokrat Sumsel Pecat 3 Ketua DPC

1. Marzuki dan Opat dianggap tidak mawas diri

Kongres V Partai Demokrat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P.)

Nama Opat dan Marzuki dikenal masyarakat Sumsel. Opat sebelumnya sempat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat dan mantan anggota DPR RI dapil Sumsel. Sedangkan Marzuki Alie sempat menjadi Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat serta Ketua DPR RI 2009-2014.

Menurut Anton, para senior tersebut nampak tidak legowo dengan kondisi PD saat ini. Dirinya menganggap tidak seharusnya mereka menjalankan cara yang inkonstitusional untuk merebut kendali partai.

"Harusnya para senior segala macam itu melihat partai ini regenerasi. Mereka itu masanya sudah habis, biarkanlah regenerasi ke depan sebagai solusi. Jadi prinsipnya senior ini mawas diri lah," beber dia.

2. Regenerasi partai wajib dilakukan

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang dinilai ilegal di Jakarta, Jumat (5/3/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Anton menjelaskan, kekisruhan partai bukanlah soal siapa yang mendirikan dan merasa memiliki peran masing-masing dalam membangunnya. Partai akan tetap berdiri jika regenerasi berjalan baik. Melakukan KLB katanya justru dapat meruncingkan keadaan.

Ia mencontohkan, kekisruhan seperti ini pernah terjadi di partai lain. Namun ada partai yang dianggap sukses dalam regenerasi yakni, Golkar.

"Golkar itu salah satu pendirinya pak Harto, apakah generasi selanjutnya ribut? kan gak. Mereka bikin partai baru ada nama Wiranto, Prabowo, hingga Surya Paloh. Begitu mereka keluar, mereka tetap senior Golkar. Begitu seharusnya dengan para senior Demokrat," jelas dia.

Baca Juga: Marzuki Alie Jabat Ketua Pembina Partai Demokrat Versi KLB

3. Bantah Wako Palembang dukung KLB

Wali Kota Palembang Harnojoyo pantau tes CPNS di Golden Sriwijaya (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Satu DPD dan 17 DPC di Sumsel sejauh ini bulat mendukung Ketua Umum Demokrat 2020-2025 yang sah sesuai hasil Kongres V Partai Demokrat. Hal ini sekaligus membantah kabar Wali Kota (Wako) Palembang, Harnojoyo yang juga Ketua DPC PD Palembang mendukung hasil KLB di Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut).

"Pak Harnojoyo tegak lurus mendukung penuh kepemimpinan AHY yang sah," jelas dia.

4. Tidak ada intimidasi aparat di Sumsel soal kisruh partai

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Anton menilai keputusan DPC Palembang yang mendukung penuh AHY tidak mendapat tekanan seperti yang dilaporkan di berbagai daerah. Menurutnya, semua pihak harus menghormati kepemimpinan yang sah untuk menjaga demokrasi.

"Kalau saya sejauh ini tidak ada intimidasi, baik pribadi maupun kepada DPC karena mereka segan. Tidak ada juga laporan untuk ancaman bagi kader di Sumsel," ucap dia.

Baca Juga: Partai Demokrat Sumsel Akan Datangi Kanwil Kemenkumham

Berita Terkini Lainnya