Thailand Tolak Kelapa dari Sumsel, Eksportir Rugi hingga Rp3 Miliar
25 kontainer kelapa ditolak lantara sudah bertunas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Direktur PT Sentral Argo Indonesia, Muhammad Rajief Nasir menyatakan, perusahaannya menanggung kerugian hingga Rp3 miliar, lantaran Thailand menolak ekspor kelapa Sumatera Selatan (Sumsel) yang sudah tidak sesuai dengan regulasi.
"Total 625.000 butir kelapa utuh ditolak, dengan alasan karena ada beberapa kelapa yang bertunas saat tiba di negara mereka. Ada 25 kontainer yang dikembalikan dengan satu per kontainernya setara dengan Rp100-Rp130 juta," jelasnya di Kantor Bea Cukai Palembang, Selasa (19/11).
1. Keseluruhan produksi kelapa yang tercatat sebesar Rp302.376.309.000
Secara keseluruhan, ungkap Rajief, produksi kelapa tercatat kerugian sebesar Rp302.376.309.000 atau setara dengan devisa total (USD) US$ 22.477.555, dengan rincian ekspor kelapa dari Palembang sebanyak 5054 kontainer atau seberat 94.070.050 ton dengan devisa Rp 213.324.127.000 ditambah ekspor kelapa ke Thailand sejumlah 1527 kontainer atau seberat 37.106.342 ton dengan devisa Rp89.052.182.000, diakumulasikan dengan pengembalian 25 kontainer seberat 131.176.392 ton dengan total devisa Rp302.376.309.000 atau sekitar Rp3 miliar.
"Aturan dari Thailand tidak boleh ada tunas, tetapi kita kan kirim barang hidup, kelapa segar pasti ada tunas kecil. Kami sebagai eksportir dirugikan. Sebelumnya tidak ada masalah, tumbuh tunas biasa saja karena paling hanya 1 cm sampai 2 cm. Tetapi kali ini di sana ada pengetatan," ungkap dia.
Rajief mengatakan, sebetulnya mereka sudah melakukan quality control sebelum mengirim barang ke negara pembeli. Dengan kejadian ini, pihaknya berharap pemerintah dapat membantu eksportir untuk melakukan kesepakatan dengan pemerintah Thailand terkait regulasi kualitas kelapa ekspor.
Baca Juga: Tiongkok masih Menjadi Muara Aktivitas Ekspor-Impor Sumsel