Tiongkok masih Menjadi Muara Aktivitas Ekspor-Impor Sumsel
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Kepala Bidang Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel), Sukerik menyatakan, nilai ekspor dan impor di Sumsel mengalami peningkatan dibandingkan tiga bulan terakhir.
"Pada Oktober 2019 ini ada peningkatan, untuk ekspor sebesar US$355,13 juta atau naik 27,71 persen dibanding ekspor pada September, yang hanya sebesar US$278,09 juta. Sementara nilai impor sebesar US$ 41,84 juta atau naik sebesar 21,19 persen, jika dibandingkan September 2019 yang sebesar US$ 34,53 juta," jelas dia, Jumat (15/11).
1. Ekspor ke Tiongkok pada Oktober 2019 mencapai US$ 142,60 juta
Sukerik melanjutkan, ekspor Sumsel pada periode Januari-Oktober 2019 sebesar US$3.400,59 juta atau turun 10,77 persen dibanding nilai ekspor periode Januari-Oktober 2018 yang sebesar US$3.811,06 Juta. Masih pada Oktober 2019, ekspor paling banyak ditujukan ke Tiongkok, dengan nilai US$142,60 juta.
"Persentase barang yang di ekspor ke sekitar 40,15 persen, kemudian ke Malaysia sebesar US$34,82 juta (9,80 persen), dan India sebesar US$32,04 juta atau 9,02 persen," ujar dia.
2. Bubur kayu (pulp) menjadi komoditas terbanyak yang diekspor Sumsel
Komoditas Sumsel yang paling banyak di ekspor ke luar negeri pada Oktober 2019 lalu, terang dia, adalah komoditas bubur kayu (pulp) dengan nilai ekspor yakni US$137,54 juta atau sekitar 38,73 persen.
"Kemudian komoditas karat senilai US$93,55 juta (26,34 persen), batu bara senilai US$62,20 juta (17,51 persen), hasil minyak senilai US$23,64 juta (6,66 persen), dan kertas tisu senilai US$8,74juta (2,46 persen)," terang Sukerik.
3. BPS Sumsel klaim tingginya aktivitas impor tidak perlu dikhawatirkan
Untuk aktivitas impor Sumsel sendiri, jelas Sukerik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena, sebagian besar barang yang di impor merupakan barang modal dan bahan baku. Mulai dari periode Januari-Oktober 2019, impor Sumsel sebesar US$411,37 juta. Artinya, turun sebesar 38,77 persen dibanding nilai Impor periode Januari-Oktober 2013 yang sebesar US$671,82 juta.
Komoditas impor Sumsel berasal dari Tiongkok sebesar US$ 9,62 juta (46,89 persen), Jepang sebesar US$5,16 juta (12,33 persen) dan Malaysia sebesar US$4,07 juta (9,73 persen).
"Barang yang kita impor ini adalah barang yang digunakan lagi untuk menambah produksi menjadi barang jadi, sehingga membantu sisi ekspor kita," jelas dia.
Baca Juga: Awasi Penggunaan Dana Desa, DPMD Sumsel Butuh Rp300 Juta untuk Sekber
4. Sumsel masih banyak mengimpor alat mekanik
Sukerik melanjutkan, jenis barang yang di impor Sumsel pada Oktober 2019 adalah mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar US$12,95 juta (30,95 persen), kemudian pupuk sebesar USS9,88 juta (23,61 persen).
"Ada juga benda-benda dari besi dan baja sebesar USS5,59 juta(13,36 persen)," tandas dia.