TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Penyintas COVID-19 di Palembang: Bersyukur Punya Tetangga Peduli

Satu keluarga di Palembang terpapar virus corona

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Palembang, IDN Times - Penyebaran virus corona atau COVID-19 menimbulkan beragam opini di publik. Sebagian masyarakat yang tidak memercayai virus tersebut menilai, COVID-19 sebagai konspirasi atau permainan politik global.

Namun Shella tak sependapat dengan hal itu. Penyintas berusia 27 tahun yang tinggal di sekitar kawasan Taman Makam Pahlawan Palembang ini mengaku, dirinya berjuang sembuh bersama anggota keluarganya. Ia, ayah, ibu serta kedua adiknya, dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan hasil swab.

"Hasil swab keluar 24 Agustus 2020, kami tidak tahu bisa terpapar dari mana. Karena orangtua dan adik-adik punya pekerjaan dan aktivitas masing-masing. Buat yang bilang tak percaya COVID-19, kalian tak tahu rasanya bagaimana. Virus corona itu ada dan nyata, bukan konspirasi," ungkapnya, Kamis (22/10/2020).

Baca Juga: Sebulan Perwali Wajib Masker di Palembang, Pelanggar Cenderung Menurun

1. Bermula dari kondisi tubuh sang ibunda yang melemah

Petugas medis melakukan uji usap (swab) dari seorang pria ditengah penyebaran virus corona (COVID019), di pusat uji, di New Delhi, India, Jumat (9/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Anushree Fadnavis)

Shella tak menunjukkan rasa menyesal karena pernah menjadi pasien COVID-19. Ia justru bersyukur karena keluarga berhasil sembuh dan bisa membagikan pengalamannya ketika berjuang melawan virus corona.

Selama menjadi pasien COVID-19, ia sekeluarga tak memilih dirawat intensif di rumah sakit. Mereka menerapkan pola hidup sehat, konsisten merawat diri, isolasi mandiri, serta rajin mengonsumsi makanan sehat untuk meningkatkan imunitas tubuh.

"Awalnya, mama saya mengalami penurunan kondisi kesehatan seperti demam, batuk dan flu. Terus karena kita tinggal serumah, semua keluarga dan saya ikut merasakan gejala sama," kata dia.

2. Shella sempat tidak bisa mencium aroma

Perjalanan Pandemik COVID-19 di Indonesia sejak Januari-Oktober 2020 (IDN Times/Sukma Shakti)

Shella dan semua anggota keluarganya merasakan kehilangan indra penciuman. Karena khawatir dan heran dengan keadaan yang tak biasa itu, ia bersama keluarga memutuskan untuk melakukan tes usap COVID-19.

"Setelah mama konsultasi ke dokter. Kami sempat bingung dengan kondisi ini. Apalagi imun mama sedang lemah. Bisa dibilang mama lebih dulu yang terpapar, baru kami dan setelah tes keluar hasilnya semua positif," jelas dia.

Shella mengaku sempat terpuruk. Namun berusaha tenang dan melawan keadaan kendati apa yang ia dan keluarga alami cukup berat untuk dilalui. Dengan semangat yang luar biasa, Shella dan keluarga berusaha bangkit dan saling menguatkan.

"Minum obat dengan terus mengikuti arahan dokter. Mulai istirahat cukup, makan yang bergizi, minum vitamin dan olahraga teratur namun tidak terlalu melelahkan. Jika terlalu capek, takutnya akan berpengaruh pada pernapasan dan mengakibatkan sesak napas," timpalnya.

3. Lakukan isolasi mandiri sembari rutin konsumsi minuman jahe

Ilustrasi UGD Zona Kuning (IDN Times/Sunariyah)

Saat terjangkit COVID-19, Shella dan keluarga terus dipantau oleh tim dokter selama 24 jam non-stop. Walau menjalankan isolasi di rumah, petugas medis yang bertanggung jawab memang mengetahui kondisinya setiap hari.

Cara ampuh membantu kesembuhan Shella dan keluarga yakni rutin mengonsumsi olahan jahe merah, serta rebusan daun sungkai di pagi hari. Ia bercerita selama menjalani isolasi mandiri, tidak ada sedikit pun bantuan dari pemerintah.

"Kunci utama sehat adalah percaya diri, berpikir positif dan jangan berharap ada bantuan orang lain. Saat sesak napas, kami mengoleskan minyak kayu putih di sekitar pernapasan seperti dada, leher serta hidung," kata dia.

4. Minyak kayu putih juga ampuh melegakan saluran pernapasan

Ilustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Shella menuturkan, minyak kayu putih juga bisa diteteskan ke air hangat. Kemudian hirup uap airnya. Menurut dia, cara tersebut membantu melegakan pernapasan. Selain itu, airnya bisa langsung diminum.

"Pernapasan saya terasa lega setelah minum itu. Hal ini bisa kita lakukan kapan saja atau saat benar-benar merasa tidak nyaman dengan pernapasan," tuturnya.

Selama menjalani isolasi, keluarga Shella dan ia sendiri tidak bekerja. Beruntungnya, mereka memiliki tetangga yang peduli. Warga di sekitar rumah Shella turut membantu menggalang dana.

Setelah 14 hari menjalani isolasi mandiri di rumah, Shella dan keluarga kembali menjalani swab. Ia bersyukur setelah hasil keluar beberapa hari kemudian, semua orang negatif dan dinyatakan sembuh dari COVID-19.

"Alhamdulillah kami tidak dikucilkan oleh warga sekitar. Hampir tiap hari ada saja yang mengantar obat-obatan, sembako, makanan lewat pagar, karena memang saat itu kami tidak boleh ada kontak langsung dengan orang lain," ungkapnya.

Baca Juga: Satgas COVID-19: Masih Banyak yang Tidak Percaya COVID-19

Berita Terkini Lainnya