TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Balai Karantina Klaim Bisa Penuhi Persyaratan Ekspor Kelapa Sumsel

Buntut dari penolakan ekspor kelapa Sumsel ke Thailand

Kepala Balai Karantina Kelas 1 Palembang, Bambang Hesti Susilo (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang, Bambang Hesti Susilo menyatakan, pihaknya menjamin kualitas kelapa yang akan di kirim ke luar negeri, dan dapat memenuhi persyaratan standar ekspor kelapa sesuai aturan negara lain.

"Dampak Thailand menolak kelapa Sumsel berbuntut cukup panjang. Kami menyikapi masalah itu dengan melakukan sosialisasi dalam memenuhi standar ekspor kelapa. Mulai dari peninjauan saat waktu sortasi, dan stuffing dalam kontainer bersama kepala seksi karantina Tumbuhan, ibu Anita Setyawati," katanya saat dihubungi IDN Times via ponsel, Senin (9/12).

1. Balai Karantina Sumsel tidak menerbitkan sertifikat bila kelapa ekspor dalam kondisi tidak baik

Komoditi eksportir kelapa (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bambang mengungkapkan, hal yang mendasar untuk menangani kegagalan ekspor kelapa, seandainya kondisi kelapa yang akan dikirim tidak baik, maka Balai Karantina Sumsel tidak akan menerbitkan sertifikat.

"Sebelum ekspor tentu akan diperiksa dulu, kalau hasilnya masih ditemukan kelapa dalam keadaan bertunas dan atau retak, maka kami tidak akan mengeluarkan sertifikat izin ekspor," ungkap dia.

Program lain yang harus diterapkan, sambung dia, adalah dengan mendorong eksportir untuk mengembangkan ekspor produk turunan kelapa.

"Dua tahun terakhir ini kami sudah mengekspor santan Kelapa dan di November kemarin kita juga mengekspor ampas kelapa ke Tiongkok. Harapannya, pada 2020 ada ekspor cangkang kelapa, air kelapa dan ampas kelapa minyak kelapa juga diekspor,"  sambung dia.

Baca Juga: Atasi Dinamika Ekspor-Impor Kelapa, Pemprov Sumsel Perlu Lakukan Ini

2. Balai karantina bantu eksportir mencari mitra dagang negara lain

Proses peninjauan Balai Karantina di lokasi kontainer kelapa Sumsel (IDN Times/Istimewa)

Bambang melanjutkaan, Balai Karantina juga nantinya turut membantu para eksportir untuk mendapatkan mitra dagang, seperti mencari data negara-negara lain.

"Misal, apakah produk turunan kelapa itu dibutuhkan di negara tersebut. Ini agar kita dapat membantu eksportir mendapatkan mitra dagang yang sesuai," ujar dia.

Baca Juga: Thailand Tolak Kelapa dari Sumsel, Eksportir Rugi hingga Rp3 Miliar

3. Balai karantina beri perlakuan fumigasi terhadap kelapa bulat

Kelapa Sumsel Ditolak Thailand, Eksportir Telan Kerugian Hingga Rp3 Miliar (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bambang juga menjelaskan, memang sejak awal 2019 pengawasan masuknya kelapa ke beberapa negara memang sangat ketat, termasuk di Thailand. Atas dasar itu, maka pihaknya juga melakukan perlakuan fumigasi terhadap kelapa bulat.

"Syarat pengiriman kelapa seperti di Thailand itu tidak boleh bertunas, dan caranya harus dengan perlakuan fumigasi menggunakan Methyl Bromide (MB) berdosis 32 gr/m3 selama 24 jam, untuk mencegah tumbuhnya tunas pada kelapa ekspor. Tetapi penerapan ini juga mempengaruhi kelapa menjadi busuk," jelas dia.

Berita Terkini Lainnya