Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sebagian Wilayah Sumsel Alami Hari Tanpa Hujan Sangat Pendek

ilustrasi kekeringan (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi kekeringan (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Stasiun Klimatologi Sumsel memprakirakan peluang hujan akan menurun pada dasarian III Agustus setelah sebagian besar wilayah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut.
  • Hampir 70 persen wilayah Sumsel berpeluang mengalami curah hujan dengan intensitas rendah, sementara sejumlah wilayah lain memiliki peluang mengalami curah hujan menengah.
  • Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan indeks El Niño–Southern Oscillation (ENSO) diprediksi tetap berada dalam kondisi netral hingga paruh kedua tahun 2025, dengan pergerakan massa udara di sebagian besar wilayah Indonesia masih dipengaruhi angin timur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Stasiun Klimatologi Sumatra Selatan (Sumsel) memprakirakan peluang hujan akan menurun pada dasarian III Agustus, setelah sebelumnya sebagian besar wilayah dilanda Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut pada dasarian II.

Sebanyak 71 persen wilayah tercatat mengalami HTH kategori sangat pendek (1–5 hari). Sementara itu, sebagian kecil wilayah Palembang dan Lahat masuk dalam kategori pendek (6–10 hari). Kondisi ini mengindikasikan adanya variasi tren cuaca di sejumlah daerah.

"HTH terpanjang terukur pada pos hujan Kikim Barat, Lahat mencapai delapan hari," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis, Sabtu (23/8/2025).

1. Curah hujan tertinggi ada di Muba

Ilustrasi Hujan by Unsplash
Ilustrasi Hujan by Unsplash

Wandayantolis mencatat, hampir 70 persen wilayah Sumsel berpeluang mengalami curah hujan dengan intensitas rendah, berkisar 0–50 milimeter (mm). Sementara itu, sejumlah wilayah lain seperti timur Pagaralam, barat OKU Selatan, sebagian kecil barat dan selatan Lahat, barat OKU, barat Muara Enim, serta Muratara diperkirakan memiliki peluang sekitar 60 persen mengalami curah hujan menengah, yakni 51–150 mm.

"Curah hujan tertinggi pada dasarian II terukur pada pos hujan Keluang, Musi Banyuasin sebesar 186 mm," beber Wandayantolis.

2. Meski kemarau, hujan masih dapat terjadi

ilustrasi menyetir saat hujan (unsplash.com/ Hossein Soltanloo)
ilustrasi menyetir saat hujan (unsplash.com/ Hossein Soltanloo)

Pada Dasarian I Agustus 2025, hasil pemantauan menunjukkan indeks Indian Ocean Dipole (IOD) berada di angka -0,87 dan indeks El Niño–Southern Oscillation (ENSO) -0,2. Keduanya diprediksi tetap berada dalam kondisi netral hingga paruh kedua tahun 2025.

Saat ini, pergerakan massa udara di sebagian besar wilayah Indonesia masih dipengaruhi angin timur. Terpantau adanya belokan angin serta tekanan rendah di perairan barat Sumatra.

"Fenomena MJO terpantau aktif di wilayah Afrika dan diperkirakan bergerak ke Samudra Hindia pada pertengahan bulan. Memasuki akhir Agustus, MJO diprediksi masih berpengaruh di Indonesia bagian barat sehingga berpotensi meningkatkan peluang hujan. Sementara itu, gelombang Rossby juga diperkirakan muncul di beberapa wilayah pada pertengahan bulan," jelas Wandayantolis.

3. Imbauan bagi masyarakat

ilustrasi hujan (pixabay.com/EyeEm Mobile GmbH)
ilustrasi hujan (pixabay.com/EyeEm Mobile GmbH)

Wandayantolis mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dengan potensi cuaca yang dapat berubah suatu waktu meski, berada pada periode musim kemarau. Kemunculan titik panas di Sumsel masih dapat terjadi sehingga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berpotensi meningkat.

"Masyarakat juga diminta waspada terhadap potensi terjadinya hujan secara tiba-tiba yang disertai petir dan angin kencang, serta selalu menjaga sanitasi lingkungan sekitar kita," jelas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us