Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pengobatan TBC di Palembang Gratis Pakai Dana Hibah Rp300 Juta

IMG_20250612_090052.jpg
Kabid Pencegahan dan pengendalian penyakit Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Intinya sih...
  • Penderita TBC berpotensi menularkan penyakit ke orang lain, perlu penanganan dini dan pengobatan tuntas.
  • Layanan pemeriksaan dan pengobatan TBC gratis sejak tahun 90-an, risiko penularan tinggi pada perokok.
  • Harapkan alokasi dana operasional pengobatan TBC dari APBN dan APBD ditambah.

Palembang, IDN Times - Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang secara masif menangani kasus Tuberkulosis (TBC) untuk menurunkan angka penularan dan kematian akibat penyakit tersebut. Apalagi layanan pengobatan TBC mendapatkan dana hibah Rp200-300 juta per tahun dari pemodal asing The Global Fund.

"Dana ini digunakan untuk biaya operasional, seperti pengawetan sampel dahak agar tidak rusak saat pengujian. Sementara dana dari Kementerian Kesehatan lebih difokuskan pada mentoring dan evaluasi program," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Palembang, Yudhi Setiawan kepada IDN Times, Kamis (12/6/2025).

1. Dari 10 orang penderita TBC bisa menularkan satu orang lainnya

IMG_20250612_090354.jpg
Kantor Dinas Kesehatan Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Dia menyampaikan salam pencegahan penyakit TBC, aspek penting penanganannya adalah fokus melihat gejala, kemudian bagaimana cara pengobatan tepat, hingga optimalkan sumber pendanaan program pencegahan kasus Tuberkulosis.

"TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis,"jelasnya.

Menurut Yudhi, satu orang yang positif TBC berpotensi menularkan penyakit kepada satu orang lain, sehingga penanganan dini dan pengobatan tuntas menjadi kunci pemutusan mata rantai penularan.

“Dari 10 orang positif, bisa menularkan ke satu orang. Oleh karena itu, pasien harus diobati hingga tuntas, meskipun faktor imunitas juga memengaruhi proses penyembuhan," kata dia.

2. Layanan pemeriksaan dan pengobatan TBC gratis sejak tahun 90-an

IMG_20250612_090319.jpg
Kantor Dinas Kesehatan Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Secara tingkat risiko penularan TBC lebih tinggi lanjut Yudhi, berasal dari kelompok perokok. Karena fungsi paru-paru seseorang yang merokok sudah menurun. Kemudian bagi orang awam, gejala TBC paling mudah dideteksi adalah melihat seseorang yang batuk tetapi berkepanjangan dan tidak kunjung sembuh.

"Kondisi ini perlu diwaspadai termasuk apakah ada penurunan berat badan, sesak napas, demam, dan meriang. Jika mengalami gejala tersebut, masyarakat diimbau untuk segera melakukan pemeriksaan di puskesmas atau rumah sakit," jelasnya.

Yudhi menyampaikan, semua layanan pemeriksaan dan pengobatan TBC di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) pemerintah sudah tersedia gratis sejak tahun 1990-an, sebelum program BPJS hadir.

3. Harapkan alokasi dana operasional pengobatan TBC dari APBN dan APBD ditambah

IMG_20250612_090046.jpg
Kabid Pencegahan dan pengendalian penyakit Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Meski mendapatkan hibah dari The Global Fund dalam penanganan kasus TBC lanjut Yudhi, penanggulangan penyakit ini masih membutuhkan dana dari APBN dan APBD. Sebab, program pencegahan TBC termasuk prirotas nasional pemerintah pusat dan daerah.

"Masih berharap pemerintah daerah dapat menambah alokasi dana APBD dan APBN untuk penanganan TBC. Karena ini termasuk penyakit mematikan dan masuk program prioritas nasional," kata dia.

Yudhi menjelaskan, Dinkes Palembang mengestimasi terdapat lebih dari 8 ribu orang diduga terinfeksi TBC tiap tahun. Untuk menekan angka ini, katanya, promosi kesehatan secara masif dilakukan melalui 42 puskesmas dengan melakukan pemeriksaan dini terhadap masyarakat yang menunjukkan gejala.

4. Penularan TBC melalui droplet dan udara

IMG_20250612_090229.jpg
Kantor Dinas Kesehatan Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sementara untuk pengobatan TBC memerlukan disiplin tinggi karena pengobatan wajib selama enam bulan. Pasien harus minum obat rutin agar bakteri benar-benar mati dan tidak menjadi resisten terhadap antibiotik. Sedangkan untuk mengetahui seseorang positif TBC adalah dengan pemeriksaan dahak pakai tes cepat monekuler (TCM).

“Kalau tidak rutin, pengobatan tidak optimal dan risiko resistensi meningkat. Namun, jika teratur minum obat, tingkat kesembuhan bisa mencapai 99 persen lebih," jelasnya.

Secara penularan, TBC bisa cepat menyebar melalui droplet dan udara. Apalagi saat pengidap TBC batuk, bersin, atau berbicara di ruangan tertutup dengan ventilasi buruk. Risiko tinggi penularan juga terjadi pada orang dengan imunitas rendah, seperti bayi, anak-anak, ibu hamil, dan pasien HIV.

"Orang yang sedang dalam masa pengobatan disarankan menggunakan masker selama enam bulan agar tidak menularkan ke orang lain," kata dia.

Poin penting pencegahan kasus TBC jelas Yudhi, adalah bagaimana pemerintah terutama dinkes mendukung operasional pengobatan dan adanya kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan sampai berobat tuntas. Harapannya, kasus TBC di Palembang bisa ditekan dan kesehatan masyarakat terjaga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us