Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Koperasi Merah Putih Palembang: Berdarah di Ujung Tanduk Menunggu Mati

Pengurus Koperasi Merah Putih Sukodadi Palembang, Nanang Taat Suyudana (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Pengurus Koperasi Merah Putih Sukodadi Palembang, Nanang Taat Suyudana (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Intinya sih...
  • Kondisi KKDMP Palembang berdarah-darah di ujung tanduk, stok barang kosong dan pengelola mengalami kesulitan.
  • Koperasi Merah Putih di Sukodadi Palembang awalnya menjadi role model, namun kini mengalami kekurangan stok dan keuangan.
  • Pasar murah dari Pemkot Palembang membuat pendapatan koperasi merah putih nol, sementara harga pasar murah lebih rendah dari koperasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Raut wajah pasrah tapi harus tetap tersenyum. Potret Nanang Taat Suyudana saat menyambut reporter IDN Times di Koperasi Kelurahan/Desa Merah Putih (KKDMP) Sukodadi Palembang, Kamis (16/10/2025).

Seraya melayani pembeli tabung gas LPG 3 Kilogram (Kg), Ketua KKDMP Sukodadi, Kecamatan Sukarami, Palembang ini masih merespons segala pertanyaan yang dilontarkan. Ada salah satu jawaban mencolok tentang nasib KKDMP saat ini. Kata dia, kondisinya kini berdarah-darah di ujung tanduk.

1. Sejumlah barang dan stok mulai menipis bahkan kosong

Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Situasi KKMP Sukodadi memang terlihat terseok, kala IDN Times ke lokasi, salah satu yang paling kasatmata adalah banyak stok barang yang sudah kosong. Bahkan, rak-rak lemari yang biasanya berjejer sembako kini lengang. Sejumlah komoditas seperti gula pasir dan beras bahkan tak terlihat barangnya.

Apabila dibandingkan visual pertama saat rilis Mei lalu, kondisi Koperasi Merah Putih sangat jauh dari kata mewah dengan stok barang yang bertumpuk. Hanya tersisa beberapa barang saja. Tabung gas LPG 3 Kg, tepung tapioka, dan minyak goreng botol, adalah sisa-sisa stok yang dipajang.

Saat ditanya mengenai bagaimana stok sembako lanjutan dan teknis distribusi ke Koperasi Merah Putih, Nanang pun hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepalanya, seolah menunjukkan keinginan tak langsung untuk menyerah mengelola program ekonomi Presiden RI Prabowo Subianto itu.

"Kenyataannya, pengurus berdarah-darah. Kalau ada yang mau ganti (pengurus) kami ikhlas," kata pria berkemeja putih ini sambil mengelus dada.

2. Pengurus mengeluarkan uang mandiri untuk mengembangkan koperasi merah putih

Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Koperasi Merah Putih di Kawasan Sukodadi Palembang memang dinobatkan sebagai role model dan disebut pionir koperasi percontohan bagi kelurahan/desa lainnya. Semula, koperasi ini jadi salah satu lembaga yang siap operasional. Pengurus pun berani menyewa tempat agar bisa mewadahi berbagai sembako dan komoditas untuk ditampung lalu dijual.

Angan-angan pengurus bisa mengembangkan koperasi jadi titik perputaran ekonomi di masyarakat setempat pun terlampau jauh. Fakta di lapangan, harapan agar ekonomi wilayah meningkat hanya jadi bayangan. Sebab, pengurus sekarang mengalami minus. Bukannya kas bertambah, tetapi terpaksa mengeluarkan uang mandiri untuk mencukupi ketersediaan barang di koperasi.

Jika bisa diibaratkan, kondisi barang KKDMP Sukodadi Palembang saat launching bulan lima lalu dan per Oktober ini ibarat "titip barang". Karena di waktu peluncuran perdana, berbagai bahan pokok lengkap tersedia di lokasi. Tetapi usai dirilis, produk di koperasi hilang dan kembali ke 'pemilik penyalur'.

"Beras sekarang lihat sendiri, kosong. Tinggal tabung gas stok masih berlanjut," kata dia.

3. Alami hambatan persaingan antara pasar murah dan koperasi merah putih

Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut Nanang, keadaan KKDMP tinggal menunggu mati saja. Pengelolaan saat ini mengalami berbagai masalah. Mulai dari belum ada kejelasan mengenai janji penyaluran kredit usaha rakyat dari Bank Himbara melalui Danantara Indonesia, hingga persaingan ketersediaan stok dengan program pasar murah yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang.

"Kita ini sekarang: mundur mati berhenti, maju bunuh diri," jelasnya.

Akibat kehadiran operasi pasar murah, pendapatan koperasi merah putih nol. Kondisi ini, kata dia, karena beras SPHP disediakan di pasar murah, tetapi koperasi merah putih sulit menerima distribusi. Alasannya, koperasi merah putih perlu pengajuan proposal untuk mendapati stok tersebut. Belum lagi persoalan harga barang yang dijual di pasar murah lebih rendah dari koperasi ini.

"Koperasi ini sistemnya harus untung untuk perputaran ekonomi, tetapi pasar murah jual dengan harga modal. Sehingga masyarakat lebih memilih ke pasar murah daripada koperasi," kata Nanang.

Apabila kondisi berkelanjutan stok tidak bertambah dan barang kemudian disediakan alternatif di program daerah pasar murah, artinya koperasi merah putih setop. Ini masalah yang harus diperhatikan dan disoroti agar program KKDMP berjalan panjang.

"Bertabrakan antara program pemerintah daerah dan impres ini (KKDMP) stok lebih banyak ke sana (pasar murah). Dan mohon maaf, kita di koperasi bagaimana nasibnya?" tanya Nanang, berharap mendapatkan jawaban dari pemangku kepentingan.

4. Kas koperasi merah putih di Palembang minus

Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Nanang mengaku, banyak masyarakat yang menilai keberadaan koperasi merah putih berjalan baik. Tetapi kenyataannya tak sesuai ekspektasi. Pengelola tidak menerima gaji sepeser pun. Sementara yang ditampilkan publik ada pernyataan pengurus digaji Rp8 juta, itu tidak benar tegas Nanang.

Kemudian lanjutnya, soal koperasi merah putih mendapatkan bantuan dana untuk mengembangkan koperasi juga harus diluruskan. Koperasi Sukodadi, kata dia, mengumpulkan modal untuk membeli barang dengan iuran sukarela, anggota, dan wajib.

"Tidak ada dari pemerintah (bantuan dana)," tegas dia.

Pengeluaran awal Koperasi Merah Putih Sukodadi mencapai lebih dari Rp30 jutaan dan dana itu berasal dari pengumpulan warga setempat melalui iuran. Tetapi setelah berjalan, pengelola menutupi kekurangan. Kira-kira total uang keluar Rp40 jutaan.

"Kami tidak ada gaji. Modal awal sendiri. Sejak awal berdiri sampai sekarang sudah mengeluarkan dana Rp40 jutaan dan kas minus," ungkap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us

Latest News Sumatera Selatan

See More

3 Perwakilan Sumatra Jadi Jawara Bright Gas Cooking Competition 2025

19 Okt 2025, 20:32 WIBNews